Jakarta, Aktual.co — Raja Abdullah II dari Jordania, mendesak warga Eropa untuk memerangi permusuhan terhadap Islam yang katanya ikut mendorong ektrimisme di antara kaum Muslim, termasuk mereka yang direkrut dari Eropa untuk bertempur di Timur Tengah.

Raja Abdullah, yang berpidato di Parlemen Eropa di Strasbourg, memuji “keberanian tak terkalahkan” Eropa dalam menanggapi serangan-serangan seperti yang terjadi di Paris pada Januari dan menyamakan Negara Islam dengan Nazisme — “ideologi ekspansionis beradsarkan kebencian”.

Akan tetapi dalam seruannya bagi kerja sama memerangi kekerasan Islamis, Raja itu, yang menghadiri upacara memperingati terbunuhnya penanggung jawab Charlie Hebdo asal Prancis tetapi mengeritik penggunaan kartun-kartun Nabi Muhammad di koran itu, mengatakan pemerintah-pemerintah Eropa harus mempromosikan “saling menghormati” dan suatu “masyarakat inklusif”.

“Menghina orang-orang lain dan keyakinan mereka dan kepercayaan mereka, ini tak ada jalan maju,” kata dia di depan para angggota parlemen yang mencakup puluhan anggota beraliran kanan-tengah yang kritis terhadap immigrasi Muslim, dikutip dari AFP, Selasa (10/3).

“Eropa merupakan mitra penting dalam usaha ini, khususnya membantu menghentikan peningkatan permusuhan kepada Islam (Islamophobia),” tambahnya.

Perdamaian Israel-Palestina Pada bagian lain, Raja juga memperingatkan bahwa perjanjian perdamaian Israel-Palestina penting untuk memerangi para ektrimis Islam, dengan mengatakan konflik itu merupakan seruan bagi mereka untuk berjihad.

Abdullah mengatakan perang terhadap kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah adalah “pertama dan paling utama” suatu pertempuran bagi negara-negara Muslim untuk dilaksanakan.

Jordania telah meningkatkan perannya dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap IS setelah grup itu membakar hinggga mati seorang pilot militer Jordania yang tertangkap dalam suatu video yang disiarkan bulan lalu.

Tetapi Abdullah mengatakan akar masalah itu ialah kegagalan dunia untuk “membela hak-hak Palestina”. “Kegagalan ini mengirim pesan bahaya,” ujarnya.

“Dan hal ini telah memberikan para ektrimis seruan yang kuat. Mereka mengeksploitasi ketakadilan dan konflik, untuk membangun legitimasi dan merekrut para pejuang asing di seantero Eropa dan dunia.” Dia menambahkan,”Bagaimana kita memerangi pertempuran ideologi, jika kita tak dapat membuat jalan maju menuju perdadamaian Palestina-Israel?” Sebagai negara yang telah membuat perdamaian dengan Israel, Jordania memainkan peran mediasi dalam proses perdamaian tersebut.

Sekitar 20.000 pejuang asing diyakini telah meninggalkan tanah air mereka untuk bergabung dengan IS dalam beberapa tahun terakhir — termasuk perkiraan 4.000 orang sejak 2012 dari Eropa Barat.

Walau demikian Abdullah mengatakan negara-negara Muslim harus memimpin perang melawan IS dan ektrimisme lain.

Artikel ini ditulis oleh: