Washington DC, Aktual.com – Di tengah-tengah hiruk pikuk penolakan internasional terhadap rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk merelokasi seluruh warga yang sebanyak 2,2 juta jiwa, secara permanen. Raja Yordania Abdullah II menegaskan akan menerima ribuan anak Palestina yang sakit dari Gaza untuk dirawat di negaranya.
Hal itu disampaikan Abdullah II dalam kunjungannya ke AS untuk menemui Donald Trump. Sebelumnya, langsung dihadapan Trump, Abdullah II juga tegas-tegas menolak rencana Trump itu. Ia menggambarkan kondisi Gaza dan masyarakat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan.
Raja Yordania itu mengatakan pihaknya siap untuk membawa sekitar 2 ribu anak-anak penderita kanker atau dalam kondisi sakit parah ke Yordania dalam waktu dekat. ”Salah satu hal yang bisa kita lakukan segera adalah merawat 2 ribu anak-anak, merawat anak-anak penderita kanker yang berada dalam kondisi sakit parah,” kata Raja Abdullah II kepada Trump.
Namun Abdullah II menolak secara tegas rencana ”penggusuran” paksa warga Gaza secara permanen. ”Saya menegaskan kembali posisi teguh Yordania terhadap pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Ini adalah posisi Arab yang bersatu,” tegas Abdullah II dalam pernyataannya via media sosial setelah melakukan pembicaraan dengan Trump, dilansir AFP, Rabu (12/2/2025).
Untuk diketahui, pertemuan Trump dengan Raja Abdullah II berlangsung di Gedung Putih Washington DC pada Selasa (11/2) waktu setempat. Raja Abdullah menilai prioritas saat ini adalah membangun Gaza dan merawat masyarakat yang menderita akibat serangan Israel.
”Membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas semua pihak,” kata Abdullah II.
Kepada Trump, ia juga mengatakan bahwa pihaknya sedang menyusun rencana soal bagaimana negara-negara di kawasan Timur Tengah dapat ”bekerja sama” dengan Trump terkait rencananya itu. Namun, Abdullah II meminta AS bersabar, serta mengatakan negara-negara Arab akan segera membahasnya dalam pertemuan darurat di Riyadh Arab Saudi.
Belakangan, di akun X-nya, Abdullah II menegaskan posisi Yordania yang menentang pemindahan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. ”Ini adalah posisi Arab yang bersatu dan bahwa membangun kembali Gaza tanpa menggusur warga Palestina dan menangani situasi kemanusiaan yang mengerikan harus menjadi prioritas bagi semua pihak,” tulis Abdullah II di X.
Abdullah II juga mengatakan, satu-satunya jalan untuk memastikan kestabilan kawasan adalah dengan meraih perdamaian yang adil berdasarkan solusi dua negara dalam masalah Palestina-Israel. ”Ini membutuhkan kepemimpinan Amerika Serikat. Presiden Trump adalah orang yang cinta damai. Ia berperan penting dalam mencapai gencatan senjata di Gaza. Kami berharap AS dan semua pemangku kepentingan dapat memastikan gencatan senjata itu terlaksana,” tulisnya lagi masih di X.
Ia menambahkan, ”Saya juga menekankan pentingnya bekerja menuju de-eskalasi di Tepi Barat dan mencegah memburuknya situasi di wilayah itu yang dapat berdampak luas bagi seluruh wilayah. Yordania akan terus berperan aktif dengan para mitranya untuk mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh bagi semua orang di wilayah tersebut.”
Terkait ancaman Trump yang akan menghentikan bantuan kepada Yordania dan Mesir jika tidak mau menampung warga Gaza, akhirnya ancaman itu ditarik kembali. ”Saya tidak perlu mengancam hal itu. Saya yakin kita lebih baik dari hal semacam itu,” kata Trump meralat ancamannya.
Namun ia berdalih, dengan mewujudkan rencananya itu, maka akan menciptakan perdamaian di Timur Tengah. ”Kami akan merebut [Gaza]. Kami akan mempertahankannya, kami akan menghargainya. Kami akan mewujudkannya, di mana banyak lapangan pekerjaan akan tercipta bagi masyarakat di Timur Tengah,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa rencananya akan membawa perdamaian ke wilayah tersebut.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain