Medan, Aktual.com – Untuk menyerap aspirasi serta menyamakan persepsi terkait pembangunan yang akan dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara kedepan, Calon Walikota nomor urut 2 Ramadhan Pohan, menghelat pertemuan dengan kalangan masyarakat Konstruksi Sumut, Rabu (23/9).

Sejumlah pengurus lembaga konstruksi itu diantaranya Ketua Umum DPD Asosiasi Kontraktor Nasional (ASKONAS) Sumut Rikson Sibuea, Ketua Umum BPD Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) Sumut Tiopan Manuasa Pardede.

Sekretaris Umum DPD Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Sumut Burhan Batubara, Sekretaris Umum DPD Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPEKSINDO) Sumut Robertman Sirait, Sekretaris Umum DPD Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia (ASPEKINDO) Sumut Freddy Silaban.

Pengurus DPD Gabungan Perusahaan Kontraktor Air Indonesia (GAPKAINDO) Sumut Parna Nadeak, serta Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP) Sumut Robinson Sijabat.

“Saya memang sangat berkepentingan atas pertemuan ini, untuk mengetahui sebenarnya apa yang menjadi masalah yang dialami kontraktor dalam membangun Medan,” ujar Ramadhan.

Dikatakan Ramadhan, untuk membangun Medan, paradigma yang harus dibangun harus melihat semua persoalan yang muncul secara konprehensip.

“Kita harus mencoba out of the box, dengan pola yang berbeda. Misalnya dengan melibatkan publik dan stakeholder lebih banyak. Mau dibawa kemana Medan?, bukan lagi hanya urusan Walikota semata, tapi secara bersama,” ujarnya.

Pelibatan publik dan stakeholder secara meluas, lanjutnya menjadi prasyarat mutlak yang harus dilakukan.

“Komite-komite harus dihidupkan, misalnya dari media, LSM, konsultan, akademisi dan lainnya mendiskusikan apa yang menjadi priroritas. Di sana akan ada penggodokan. Kebijakan itu tidak lagi kering, yang hanya melibatkan walikota dan kepala dinasnya saja,” tukasnya.

Ramadhan menyinggung tata laksana kebijakan yang selama ini berjalan di Kota Medan. Dimana, menurut informasi yang ia terima, ada praktik yang sejatinya berjalan secara tidak sehat.

“Akuntabilitas memang tidak berjalan. Praktek tidak sehat yang berjalan. Yang harus dibersihkan itu adalah birokrasinya, dan dimulai dari pemimpinnya. Kalau dari mereka sudah kacau, ya semua ikut kacau,” tukasnya.

Lebih jauh Ramadhan menuturkan, dirinya bersama Eddie Kusuma sebagai calon wakil Wali Kota Medan akan terus mengkampanyekan semangat reformasi birokrasi di Kota Medan. Dimana menurut Ramadhan, reformasi birokrasi akan menjadi salah satu upaya membersihkan birokrasi yang selama ini berjalan tidak sesuai koridor.

“Misalnya dengan lelang jabatan dan menghapuskan mahar dan uang, karena uang mendapat jabatan itu jahat. Praktek masa lalu, ada yang belum bener, ke depan mari kita perbaiki. Kalau dikelola benar 151 kelurahan, 21 kecamatan dan 2100 kepling yang keren dan menjadi garda terdepan,” tukasnya.

“Insya Allah, saya jadi walikota akan saya kumpulkan pengusaha, tak hanya itu, pedagang, kontraktor, tolong kasih masukan. Persoalan kaki lima, pasar, format stakeholdernya harus ikut. Kami super-tim, bukan supermen. Saya tahu menuju jalan super-tim yang baik, dan dengan supertim itu bisa kita keroyok, dan konsekwensi logis itu ndak ada anak emas,” timpalnya.

Sekjen Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Sumut, Burhan Batubara mengungkapkan untuk mengurus Kota Medan memang membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas.

Sejak 15 tahun terakhir, lanjut Burhan, Medan ibarat dipimpin dalam rel kepemimpinan yang tidak lurus. Burhan mengibaratkan, Kota Medan saat ini sudah masuk dalam level ICU.

Burhan pun mengingatkan, agar pemilihan walikota nanti, masyarakat tidak lagi salah pilih dan jatuh pada kepemimpinan yang sama.

“Perlu orang yang gila, agar dia gila juga memilih SKPD nya, kalau milih panglima talam, good by lah. Teknisnya adalah, yang kompenten dan bersih ini, akan mudah semuanya. Kita tak mau jatuh di lubang yang sama,” tandas Burhan.

Ketum DPD Askonas Sumut Rikson Sibuea menambahkan, bagi dirinya Kota Medan juga seibarat rumah tangga yang ‘broken home’ yang sudah jenuh. Akibatnya, dikalangan masyarakat beredar ungkapan-ungkapan lucu yang tidak lagi mempercayai siapapun yang menjadi pemimpin.

“Memang kalau kita lihat perkembangan Medan ini, semacam ada ‘joke’ (ungkapan lucu), saya pun bisa memimpin Medan ini. Itulah motivasi kita, memang harus berubah, gak ada cerita ini,” katanya.

Sementara itu, penuturan serupa juga diungkapkan Sekjen Gapeksindo Sumut Robertman Sirait. Menurut Robertman, kota Medan selama ini dikelola secara tidak beraturan. Dimana, banyak program yang mubajir dan tidak pada tempatnya.

“Banyak program yang mubajir dan tidak pada tempatnya, instansi terkait bukan tidak tau, tapi mungkin karena program pesanan,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: