Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2017 kembali mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial. Surplus NPI tercatat 4,5 miliar dolar AS, relatif sama dengan surplus pada triwulan sebelumnya, tetapi jauh lebih baik dibandingkan triwulan I 2016 yang mengalami defisit 0,3 miliar dolar AS. Aliran masuk modal asing cukup besar sehingga surplus neraca modal dan finansial meningkat menjadi 7,9 miliar dolar AS.
“Peningkatan tersebut sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Sementara itu, defisit transaksi berjalan tercatat 2,4 miliar dolar AS (1,0% PDB) didorong oleh defisit neraca perdagangan migas dan pendapatan primer yang lebih besar dari kenaikan surplus neraca perdagangan non migas,” jelasnya lagi.
Peningkatan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh naiknya harga minyak dunia di tengah penurunan lifting minyak, sementara kenaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih tinggi.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan I 2017 tercatat 121,8 miliar dolar AS, yang kemudian naik pada akhir April 2017 menjadi 123,2 miliar dolar AS atau cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah bergerak menguat sepanjang triwulan I 2017 dan relatif stabil pada April 2017. Pada triwulan I 2017 nilai tukar rupiah, secara point to point (ptp), menguat sebesar 1,1% ke level Rp13.326 per dolar AS. Sepanjang April 2017, rupiah relatif stabil dan ditutup pada level Rp13.329 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan