Jakarta, Aktual.com – PT Pertamina (Persero) terlanjur dikenal publik dengan label sarang mafia migas, sehingga tak salah jika skandal minyak oplosan dari Glencore yang baru saja terungkap ke media, mengingatkan masyarakat dengan kasus zatapi yang pernah terjadi di perusahaan plat merah itu.
Kasus Glencore ini menjadi tantangan berat dan sekaligus sebagai pertarungan bagi kredibilitas Direksi Pertamina untuk membuktikan bahwa Pertamina mempunyai itikad serius untuk mengurangi praktik mafia migas yang sejak lama membelit perusahaan itu.
Sehingga kali ini Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Sutjipto bereaksi keras dan ingin memberikan sanksi kepada oknum-oknum yang dinyatakan bersalah nantinya.
“Mengenai kesalahan supply kemarin, tindak lanjutnya kalau ada yang salah tentu akan diberi sanksi,” kata Dwi di Gedung DPR-RI Senayan Jakarta, Rabu (5/10).
Namun saat ini dia masih menunggu hasil evaluasi dan dia berjanji akan membuka hasil tersebut kepada publik. “Ini sedang kami review, mudah mudahan kalau sudah selesai kami akan sampaikan,” tandasnya.
Perlu diketahui bahwa Gelncore telah mengirim minyak jenis Sarir dan Mesla tidak sesuai komposisi kesepakatan dalam tender, dan tentunya membawa kerugian bagi Pertamina. Minyak yang berasal dari negara Libya itu seharusnya memiliki kandungan komposisi 70% Sarir dan 30% Mesla, namun yang datang malah sebaliknya 30% Sarir dan 70% Mesla.
“Jadi kemarin komposisinya terbalik, maka kita pending. Kapal yang di Balikpapan sudah bertolak keluar Indonesia, dia ke Singapura. Saya lupa sejak tanggal berapa itu. Tapi kalau yang tujuan Dumai, dia nggak jadi, putar balik di jalan,” kata Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba.
Dadangsah
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan