Bhima Yudhistira Adhinegara

Jakarta, Aktual.com – Belum lama ini, Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) mendapat kenaikan peringkat utangnya dari Fitch Rating. Pemerintah pun mengklaim bahwa kenaikan peringkat utang ini bukti dunia internasional semakin mempercayai Indonesia.

Tetapi di mata ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara, kenaikan level investment grade itu harus diwaspadai oleh Pemerintah Indonesia. Karena banyak catatan yang harus diwaspadai dengan adanya kenaikan tersebut.

“Karena ada beberapa catatan krusial dari update rating Fitch tersebut. Salah satunya bakal mencuatnya realisasi defisit fiskal APBNP 2017. Karena masalah ini juga menjadi perhatian serius Fitch,” jelas dia di Jakarta, Senin (25/12).

Untuk itu, kata dia, investor juga masih akan menimbang review rating dari lembaga lain yakni Moodys dan Standard and Poors. Tak hanya memegang dari Fitch saja.

“Karena catatan pebtingnya adalah, soal penerimaan negara yang terancam jauh di bawah target. Untuk tahun 2017 ini diprediksi akan ada shortfall pajak hingga Rp130-150 triliun,” jelas Bhima.

Angka shortfall tersebut, kata dia, tentu sangat mengkhawatirkan. Karena diprediksi juga akan membengkak di 2018 nanti. Apalagi saat ini dan tahun depan tak ada lagi kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty).

Fitch sendiri menaikkan peringkat utang pemerintah Indonesia satu level di kategori invesment grade yakni dari BBB- menjadi BBB+.

Peringkat itu diklaim pemerintah karena adanya kenaikan kemudahan investasi atau ease of doing business. Dampaknya akan semakin banyak arus modal asing masuk ke Indonesia lantaran kepercayaan investor naik. Juga biaya dana (cost of fund) penerbitan surat utang bagi pemerintah maupun swasta diklaimnya akan lebih murah.

 

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs