Menurut Pendeta Regina, warga yang mengungsi masih mengalami trauma untuk kembali ke rumahnya sehingga masih bertahan di tempat pengungsian.

“Ada warga yang memilih pulang ke rumah untuk makan, mandi serta berganti pakaian, sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut,” ujarnya.

“Kami dari pihak gereja mengizinkan warga lokal Oebelo untuk menjadikan gereja sebagai tempat perlindungan, namun terkait dengan kebutuhan pangan, masih menjadi tanggungan masing-masing,” katanya.

Pendeta Regina mengaku telah menghubungi pihak Majelis Klasis Kupang Tengah, dan Sinode GMIT, serta pemerintahan setempat untuk merespon dan memfokuskan perhatian bagi warga Desa Tanah Merah dan Oebelo yang menjadi korban secara mental dan trauma akibat konflik.

Ia juga meminta aparat keamanan TNI-Polri terus berjaga dan selalu meningkatkan kewaspadaan di sekitar lokasi bentrok serta mengantisipasi terjadinya bentrok susulan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara