Tulungagung, aktual.com – Lebih dari 100 kepala keluarga di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur masih terjebak banjir, belum bisa dievakuasi karena memilih bertahan saat air banjir mulai menggenangi pemukiman mereka.
“Proses evakuasi memang berjalan agak lama karena debit air yang masih tinggi di beberapa titik,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono dikonfirmasi melalui telepon, Kamis (7/3).
Beberapa titik banjir yang belum bisa dijangkau tim evakuasi SAR gabungan antara lain ada di lingkungan perumahan Citra Muri Kencana, Keling Pengkol, Kepatihan dan jalan Imam Bonjol, Kota Ponorogo.
Data BPBD, sebaran banjir dan tanah longsor terpantau di 18 desa 10 kecamatan.
Menurut Setyo Budiono, banjir dan longsor sebenarnya sudah mulai terjadi sejak Selasa (5/3) malam dan Rabu (6/3) pagi seiring hujan yang mengguyur wilayah itu beberapa jam., namun warga saat itu masih enggan mengungsi.
Kepanikan mulai terjadi setelah pada Kamis (6/3) hujan dengan intensitas tinggi kembali terjadi dan menyebabkan debit air semakin meningkat hingga ketinggian air di atas satu meter.
“Kondisi yang semakin mengkhawatirkan membuat warga panik dan minta bantuan untuk dievakuasi (diungsikan),” katanya.
Sayangnya , saat tim evakuasi datang, kondisi debut air sedang tinggi-tingginya. Di beberapa titik lokasi banjir ketinggian air bahkan disebut mencapai 1,5 – 2 meter. dan arus banjir juga deras, sementara jumlah perahu karet bermesin maupun petugas SAR gabungan terbatas.
“Tetap kami lakukan upaya evakuasi. Namun memang tidak bisa cepat,” ujarnya.
Selain banjir dan tanah longsor, jalur utama jurusan Ponorogo – Pacitan sempat terputus total akibat lonsoran tebing yang menutup akses jalan di Desa Gemaharjo, Pacitan.
Setyo Budiono menambahkan, jumlah pengungsi sementara di dua titik pengungsian saat ini tercatat sebanyak 454 orang.
Selain itu ada juga tercatat 25 orang mengungsi di rumah saudaranya dan hingga saat ini masih dalam proses pendataan, dan kemungkinan masih bertambah.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin