Hammam berpendapat teknologi Mobil Arsinum bisa digunakan oleh instansi maupun kementerian-lembaga yang berkaitan dengan kebencanaan atau kebutuhan dasar air minum di daerah-daerah sulit air.

“Harapan kami inovasi ini bisa jadi solusi yang akan diadopsi oleh institusi terkait tanggap darurat, proses konstruksi dan rehabilitasi, baik itu BNPB dan PUPR,” kata dia.

Di samping itu, teknologi instalasi Air Siap Minum tanpa mobil karya BPPT juga bisa bermanfaat pada saat rekonstruksi daerah pascabencana untuk mencukupi kebutuhan air minum bagi masyarakat sekitar dengan sumber berbagai jenis air baku.

Rudi mengungkapkan biaya untuk membuat satu unit Mobil Arsinum mencapai Rp1,2 miliar. Angka tersebut sudah termasuk harga mobil sebesar Rp460 juta yang mengangkut mesin Arsinum.

Menurut Rudi, mesin pengolah air Arsinum berbeda dengan teknologi air siap minum biasa yang ada di pasaran karena menggunakan teknologi tinggi dengan penyaringan air yang sangat kecil.

“Diharapkan nanti kementerian bisa mengadopsi sistem yang kami kembangkan di bppt, jika nanti begitu ada bencana bisa tanggap membantu masyarakat yang terdampak bencana,” kata Rudi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid