Jakarta, Aktual.co — Anjloknya harga gula di berbagai wilayah di Indonesia selama ini dinilai hanya karena faktor pabrik gula (PG) yang melakukan kecurangan. Padahal, masih banyak lagi faktor yang memengaruhi harga gula, salah satunya rendemen tebu.

“Pabrik gula sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat ekstraksi untuk mengeluarkan nira dari batang tebu dan mengolahnya menjadi gula kristal,” ujar Dosen IPB sekaligus mantan konsultan Dewan Gula Nasional, Purwono saat dihubungi wartawan Aktual, Rabu (24/12).

Lebih lanjut dikatakan dia, sampai saat ini masalah perhitungan rendemen masih menjadi sumber konflik dalam kemitraan yang berlangsung. Menurutnya, petani masih mengganggap rendemen yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi tanaman yang telah diusahakan selama satu tahun.

“Seharusnya petani memperoleh rendemen dari tebu yang berada di emplasemen (tempat terbuka). Artinya rendemen harus diukur begitu tebu sampai di lokasi emplasemen dengan metode yang tepat dan secara individu atau kelompok,” kata dia.

Untuk perhitungan rendemen tebu, menurut Purwono, perhitungan rendemen tebu yang baik yaitu sebelum tebu masuk pabrik dapat digunakan untuk dasar bagi hasil (SBH) atau pada sistem yang sekarang berjalan atau sistem beli putus (SBP) tebu yang telah direkomendasikan oleh Panja Gula Komisi VI DPR – RI.

“Dengan cara perhitungan rendemen ini petani tidak dirugikan jika pabrik mengalami kerusakan atau kinerjanya tidak efisien,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka