Jakarta, Aktual.com – “Ohana berarti keluarga, dan keluarga berarti tidak ada seorang pun yang ditinggalkan. Atau dilupakan,” berikut penggalan dari film animasi Disney, “Lilo and Stich” (2002). Kutipan tersebut seakan menjadi pengingat betapa pentingnya peran orang tua dalam tumbuh kembang anak.
Tak terkecuali untuk hari ini, yang diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN) setiap tahunnya. HAN yang sudah kedua kalinya harus dirayakan di rumah saja ini, mengambil tema “Anak Terlindungi Indonesia Maju” yang memiliki tag line Anak Peduli di Masa Pandemi.
Bagi sejumlah orang tua, mungkin cukup menantang untuk memberikan penjelasan dan pengertian kepada anak — yang seharusnya aktif beraktivitas dan mengenal dunia luar, untuk tinggal dan bereksplorasi dari dalam rumah. Yang idealnya bersenang-senang bersama teman-teman sebayanya, malah terus di rumah bersama orang tua.
Namun, itu bukan hal yang salah. Sesuai dengan tema Hari Anak Nasional 2021, agaknya ini menjadi sebuah upaya yang paling sederhana dan baik dari orang tua untuk melindungi anaknya di masa pandemi.
Psikolog anak lulusan Universitas Indonesia Fathya Artha Utami, M.Sc., M.Psi., mengatakan, orang tua bisa menganggap ini sebagai momen baik untuk mendekatkan diri dengan si kecil; terlebih, kebanyakan orang tua kini bekerja dari rumah.
Melakukan bonding tersebut, lanjut Fathya, perlu dibarengi dengan pemikiran (mindset) orang tua terkait ekspektasi yang realistis.
“Mengatur ekspektasi yang realistis adalah hal penting. Kali ini, target utama adalah bisa melewati hari dengan cukup baik, bukan sempurna. Bahkan, cukup baik sekarang menjadi kesempurnaan yang baru di dunia yang mungkin bisa dibilang tidak ideal ini,” ujar Fathya.
Lebih lanjut, orang tua mungkin tidak menyadari bahwa ekspektasi — sesederhana kata “seharusnya” bisa menjadi sebuah beban tersendiri untuk melewati hari-hari bersama anak di rumah saja, ditambah dengan pekerjaan kantor dan rumah yang sudah menanti. Rasanya, 24 jam sehari tidak cukup. Energi dalam satu hari pun juga terasa kurang.
Orang tua yang sibuk berkarir sambil merawat anak di rumah agaknya mengingatkan kepada sebuah kutipan film lainnya. Karakter Edna Mode dalam “Incridibles 2” (2018), pernah mengatakan, “Mengasuh anak (parenting), adalah sebuah aksi heroik, jika dilakukan dengan ‘benar’.”
Sayangnya, tidak ada metode yang benar-benar merupakan sebuah cara mengasuh anak yang paling tepat dan sempurna. Sama seperti semua kemampuan (skill) dan wawasan pada umumnya, parenting pun merupakan sebuah proses, perjalanan, hal yang terus dipelajari seiring berjalannya waktu.
Orang tua bisa mencoba hal-hal yang mungkin tidak berhasil. Begitu banyak dari mengasuh anak adalah trial and error. Tidak ada yang mengetahui semuanya pada putaran pertama.
Fathya menggambarkan mengasuh anak adalah “merawat orang yang akan beranjak dewasa”, sehingga pendekatannya akan terus berbeda dari waktu ke waktu, mengikuti tumbuh-kembang dan kematangan emosi anak.
Di masa pandemi, orang tua dapat mendampingi anak di rumah dengan mengetahui apa yang anak ingin dan bisa lakukan. Dekatkan diri dengan anak melalui membuat jadwal dan rutinitas kegiatan bersama; yang selain bisa mendekatkan diri antara orang tua dan anak, juga diharapkan bisa menjadi pelepas lelah ibu maupun ayah setelah sibuk bekerja.
“Rutinitas adalah hal penting, sehingga anak tahu apa yang diharapkan, apa yang kegiatan yang bisa dilakukan bersama orang tua. Libatkan anak untuk membuat plan untuk bermain, dan lainnya. Selama satu hari, coba penuhi kebutuhan fisik dan hati anak, buat kegiatan yang sudah didiskusikan bersama anak,” kata Fathya yang juga merupakan psikolog lulusan University of Amsterdam itu.
Dari awal tulisan ini dibuat, rasanya sangat banyak membahas tentang apa yang bisa dilakukan orang tua untuk lebih dekat dengan buah hati. Namun, apa yang nantinya akan dihasilkan dari kedekatan dan kehangatan tersebut kepada emosi anak?
Salah satunya adalah keterbukaan. Rutinitas membentuk keterbukaan, meruntuhkan dinding di antara orang tua dan anak. Hal ini akan mempermudah orang tua untuk mengenal anaknya lebih dalam.
“Keterbukaan itu adalah rutinitas yang harus kita bangun. Anak cenderung akan tertutup jika pertanyaan yang kita ajukan mungkin terlalu ‘nodong’ atau topik-topik yang menakutkan. Kita bisa mulai dengan topik yang ia suka, orang tua juga harus terbuka. Ketika dilakukan tiap hari, maka anak akan bercerita. Ketika kita mulai terbuka untuk bercerita dengan anak, atau mencoba memulai pembicaraan, apa pun responnya, harus kita terima,” jelas Fathya.
Di masa pandemi pun, bagi anak yang sudah mulai belajar dari rumah melalui bantuan teknologi, orang tua tidak perlu berpikir apakah intelijensi anak akan menjadi menurun dan sebagainya, karena pada dasarnya, yang berubah adalah kesempatan untuk belajar secara formal yang biasanya dilakukan di sekolah, menjadi di rumah dengan pendampingan orang tua.
“Kesempatan belajar formal jadi tidak di sekolah, tapi, bukan berarti momen itu hilang. Ada yang bisa diajari orang tua kepada anak, mulai dari social dan emotion intellegence, itu bisa dilakukan di rumah,” kata Fathya.
“Dengan dibantu teknologi sebagai sarana belajar, eksplor hal-hal yang membuat anak penasaran. Ajak anak mengenal hal baru yang membuat mereka punya wawasan luas. Beri stimulasi beragam, paparkan anak dengan hal yang beragam. Bisa lewat buku, berita yang sudah disaring, dan penggunaan gadget yang bisa didampingi orang tua,” imbuhnya.
Meski hari ini adalah untuk merayakan kebahagiaan dan hak anak, orang tua adalah sosok yang memiliki dampak terbesar dalam membentuk karakter dan kepribadian buah hati.
Jika boleh mengutip dari film animasi Disney lagi, Fa Zhou, ayah dari Mulan, dikutip dari “Mulan” (1998), pernah berkata, “Hadiah dan kehormatan terbesar… adalah memilikimu sebagai seorang anak.”
Tidak peduli berapa banyak kesuksesan materi yang dimiliki dan dialami dalam hidup, semua orang tua akan setuju bahwa anak-anak mereka adalah pencapaian terbesar mereka.
Selamat Hari Anak Nasional untuk semua anak-anak di Indonesia. Dan, terima kasih untuk semua orang tua di Indonesia yang sudah membesarkan buah hatinya tanpa lelah.
(Antara | Diva Ladieta)
Artikel ini ditulis oleh:
Aktual Academy