Jakarta, Aktual.com – Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih akan diselenggarakan empat bulan lagi. Setelah tiga bulan masa kampanye, kedua pasangan calon (paslon) dinilai memiliki kans yang sama besar untuk memenangkan pertarungan.
Pengamat politik Ubedilah Badrun menilai, kunci dari pertarungan antara Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terdapat dalam dua provinsi yang ada di Pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim).
Pulau Jawa sendiri memang menjadi wilayah khusus karena memiliki 60% dari daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019.
Kedua provinsi di atas sendiri merupakan daerah yang digadang-gadang akan mendulang banyak suara bagi paslon nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf.
Jateng, misalnya, sudah lama diketahui merupakan “markas banteng”. Sedangkan Jatim merupakan basis dari Nahdlatul Ulama, ormas Islam terbesar di tanah air yang memiliki hubungan dekat dengan salah satu partai pendukung Jokowi-Ma’ruf, PKB.
Namun, Ubedilah memiliki penilaian tersendiri. Ia mengatakan, masih terbuka kesempatan bagi Prabowo-Sandi untuk “merebut” dua provinsi tersebut dari kubu petahana.
Menurutnya, Prabowo-Sandi tak harus meraih suara terbanyak di Jateng dan Jatim, cukup hanya mendongkrak perolehan suara secara signifikan saja. Sebab, ia menilai paslon nomor urut 02 ini masih akan menang di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Keyakinan ini bukan tanpa dasar. Pria yang akrab disapa Ubed ini merujuk pada hasil Pilpres 2014, di mana Prabowo yang kala itu berpasangan dengan Hatta Radjasa telah memperoleh suara terbanyak di Banten dan Jabar.
Ubed pun menyebut dua alasan Prabowo-Sandi mampu “merebut” Jateng dan Jatim dari Jokowi-Ma’ruf.
Pertama adalah Pilkada Jateng 2018. Pasangan usungan Prabowo cs, Sudirman Said-Ida Fauziyah mampu meningkatkan perolehan suara secara luar biasa dalam Pilkada Jateng 2018.
“Dari perkiraan di bawah 10% menjadi 40%. Saya kira itu adalah fakta yang tidak bisa dinafikan, bahwa geliat naiknya elektabilitasnya Prabowo-Sandi itu efek dari Pilkada cukup tinggi,” kata Ubed dalam diskusi bertajuk “Mengupas Perubahan Arah Politik Anak Muda Jelang Pilpres 2019” di Seknas Prabowo-Sandi, Jakarta Pusat, Kamis (27/12).
Meskipun masih kalah, namun peningkatan suara Sudirman-Ida Fauziah ini bukanlah hal yang dianggap remeh mengingat Jateng adalah basis dari PDIP yang mengusung pemenang Ganjar Pranowo-Taj Yasin.
Alasan kedua, kata Ubed, adalah keberadaan Partai Demokrat di sisi Prabowo-Sandi. Ingat, Demokrat pernah berkuasa di Jatim pada Pilkada Jatim 2008 dan 2013.
Terlebih, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan berasal dari Pacitan.
“Faktor Demokrat dan Pak SBY yang pernah memenangkan pertarungan di Jawa Timur,” jelas Ubed.
Lebih lanjut, dosen ilmu politik di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengatakan, andaikan Prabowo-Sandi mampu meningkatkan perolehan suara secara signifikan di Jateng dan Jatim yang disertai dengan mempertahankan perolehan suara terbanyak di Banten dan Jabar, maka kemenangan di Pulau Jawa sudah di tangan.
“Saya kira itu indikasi yang cukup akademis, cukup ilmiah untuk meyakinkan bahwa Prabowo-Sandi menang di Pulau Jawa. Kalau menang di Pulau Jawa, berarti kemungkinan besar secara nasional memenangkan pertarungan (Pilpres),” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan