‘Reformasi Gagal , KKN Menggurita, Rizal: Saya Wakafkan Sisa Usia Saya Untuk Mengubah Indonesia’
Jakarta, Aktual.com – Tokoh Aktivis nasional dan juga ekonom senior, Rizal Ramli mengungkapkan secara singkat bagaimana reformasi yang terjadi 20 tahun silam yang berhasil menggulingkan pemerintahan terpanjang dalam sejarah yang dipimpin oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.
“Reformasi Mei 1998 terjadi akibat adanya krisis kepercayaan, krisis ekonomi, krisis pangan, dan krisis moneter,” kata Rizal saat mengahadiri agenda acara peringatan 20 tahun reformasi bertema “Tuntaskan Reformasi Bersama Rizal Ramli” di Gedung Joeang, Jakarta Pusat, Senin, (21/5).
Lebih lanjut, Rizal menjelaskan, gerakan mahasiswa dalam reformasi 1998 secara beruntun terjadi sejak penembakan terhadap mahasiswa Trisakti yang kemudian berlanjut dengan aksi demonstrasi besar-besaran antara lain di Makassar, Medan, Solo, dan Jakarta.
“Aksi ini semakin lama semakin masif, sehingga akhirnya ratusan ribu mahasiswa menduduki Gedung DPR RI,” kenangnya.
“Gerakan reformasi berhasil mengakhiri 32 tahun Rezim Otoriter & KKN,” tambahnya.
Kemudian disusul dengan terjadinya transisi rezim otoriter ke demokrasi, yang ditandai, pertama, dengan kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan pers, terjadinya perubahan dari sistem sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi serta reformasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam bentuk penghapusan dwifungsi ABRI dan pemisahan TNI dan Polri.
“Tuntutan utama gerakan mahasiswa dan pro reformasi adalah menurunkan Soeharto dan menghapuskan KKN. Tetapi ternyata setelah 20 tahun reformasi KKN semakin sistemik, masif, dan menggurita,” sesalnya.
“Pada dasarnya kini amanat reformasi tentang penghapusan KKN telah dikhianati. Eskalasi KKN yang semakin masif dan menggurita terjadi karena demokrasi yang dihasilkan adalah demokrasi kriminal,” tegasnya.
Pasalnya, dalam catatan yang dimiliki, ada 300 dari 352 Bupati, setengah dari Gubernur, ratusan anggota DPR dan DPRD mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi.
“Itulah yang menjelaskan kenapa demokrasi kriminal hanya menghasilkan kemakmuran untuk elit dan kekuasaan,” jelasnya.
Selain itu, Rizal juga mengatakan bahwa reformasi telah gagal membawa kemakmuran bagi mayoritas rakyat. Pasalnya, menurut sosok yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian era Presiden Abdurahman Wahid (Gusdur), kegagalan reformasi diakibatkan karena Indonesia memilih jalan yang salah dalam menjalankan roda perekonomian.
“Indonesia menempuh jalan sesat ekonomi, yaitu neoliberalisme, yang merupakan pintu masuk neokolonialisme. Akibatnya kemiskinan, pengangguran dan ketidakadilan sulit dihapuskan,” ujarnya.
“Akibat KKN yang masif dan menggurita serta jalan sesat ekonomi neoliberal membuat Indonesia semakin sulit untuk bangkit mengejar berbagai ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain,” sambungnya.
Menurutnya, apa yang terjadi saat ini adalah tanggungjawab bersama untuk menuntaskan reformasi dengan komitmen memberantas korupsi dan membangun sebuah bangsa negara demokratis yang amanah dan berkeadilan.
“Membuang jalan sesat ekonomi neoliberal, sehingga demokrasi dapat membawa kemakmuran dan keadilan untuk rakyat,” katanya.
Sebagai aktivis pergerakan dan juga sebagai alumni mahasiswa ITB, Rizal mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Indonesia saat ini tidak dapat diterima secara hatinurani dan logika. Sebab, masih ada 40 persen rakyat Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, padahal Indonesia adalah bangsa sangat kaya raya.
Untuk itu, Rizal mengajak seluruh elemen untuk bersama-sama berjuang, menuntaskan reformasi agar Indonesia menjadi negara yang lebih adil, makmur, dan berjaya.
“Saya ingin mengatakan kepada mahasiswa dan generasi muda Indonesia hari ini, bahwa pada hakekatnya perjuangan reformasi yang penuh pengorbanan telah dikhianati. Saya tegaskan kembali, saya akan mewakafkan sisa usia saya untuk mengubah Indonesia menjadi lebih makmur dan hebat,” pungkasnya.
Berikut cuplikannya:
Laporan: Warnoto