Semisal, pembangunan kompleks hunian baru dengan berbagai fasilitas, tanpa sarana akses transportasi yang mendukung maka dipastikan kompleks hunian tersebut akan kesulitan untuk tumbuh maupun bersaing secara ekonomi. Bagaimanapun, kecenderungan konsumen saat ini akan lebih memilih hunian yang memiliki akses dan sistem transportasi yang terintegrasi.
“Sudah pasti pengembang memikirkan itu. Hunian itu tidak akan bisa dicapai tanpa dukungan pembangunan infrastruktur dan kemudahan transportasi,” kata Roni menambahkan.
Kecenderungan seperti ini dapat kita jumpai di Jakarta. Pembangun hunian atau properti beriringan dengan akses transportasi seperti jalan raya maupun pintu tol. Itu sebabnya pembangunan perumahan mewah maupun apartemen selalu memikat pembeli melalui “jualan” akses transportasi.
Bintaro Jaya Perumahan, menjadi salah satu pengembang yang memiliki konsep terintegrasi ini. Konsep hunian yang mereka tawarkan mesti lengkap meliputi sarana prasarana yang memadai untuk kebutuhan para penghuninya. Selain fasilitas berupa tempat olahraga, sekolah, lingkungan yang bersih dan asri, mereka juga sangat mempertimbangkan akses transportasi yang mudah dijangkau, apalagi akses transportasi umum.
Berkat mudahnya akses transportasi itu, permintaan terhadap perumahan elite Pondok Indah yang dikembangkan PT Metropolitan Kentjana sejak 1980-an tidak pernah surut. Berawal dari hanya sekitar 180 hektare kini tumbuh menjadi sekitar 460 hektare dengan sekitar 35 ribu unit hunian di dalamnya. Akses transportasi umum ke kawasan ini pun terus berkembang terutama selepas pembangunan ruas tol Pondok Pinang-Taman Mini pada awal 1990. Terlebih jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) kini telah terhubung dengan wilayah Bekasi, Jawa Barat dan Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Pembangunan akses mass rapid transit (MRT) yang merupakan transportasi berbasis rel listrik, diprediksi akan memengaruhi kawasan Pondok Indah. Memang jalur MRT tidak melewati kawasan itu, namun terminalnya ada di Lebak Bulus (dekat Pondok Indah). Jalur MRT ini merupakan “jalur utama” transportasi yang berada di selatan dan barat daya Jakarta untuk mencapai pusat kota. Kendati akses transportasi belum teruji efektivitasnya, infrastruktur jalan atau akses transportasi selalu memberi pengaruh positif terhadap harga sebuah tempat hunian.
Contoh pengembang lainnya, seperti Sinar Mas Land juga “menjual” akses transportasi sebagai bagian dari cara memikat konsumen. Hampir seluruh proyek yang dikembangkan pengembang ini selalu mendekati akses pintu tol. Oleh karena itu, jangan heran jika Sinar Mas tetap berkembang di luar Jakarta.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka