Jakarta, Aktual.com- Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda menganggap pembangunan pulau buatan dan tanggul raksasa (giant sea wall/GSW) di Teluk Jakarta guna mengatasi masalah banjir di ibukota merupakan ide kuno.
Sebab, kata mahasiswa University of Twente, Hero Marhaento, cara-cara pertahanan pesisir tersebut telah lama ditinggalkan negara-negara maju, termasuk Belanda.
“Yang membuat saya heran, mengapa di saat pembangunan di Belanda sendiri mulai meninggalkan konsep-konsep konvensional berupa hard-infrastructure, seperti pembuatan tanggul raksasa atau reklamasi pulau, para pakar dan konsultan Belanda malah menyarankan pembuatan Giant Sea Wall bagi masalah banjir Jakarta,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Aktual.com, Senin (20/6).
Kandidat doktoral di bidang water engineering ini memaparkan, Belanda kini cenderung membuat jebakan-jebakan pasir di wilayah yang rawan abarasi (sand nourishment), dibanding membangun pulau palsu untuk pertahanan di daerah pesisir.
Bahkan, negeri kincir angin juga merobohkan tanggul-tanggul sungai yang ada sebelumnya dan diganti dengan “room for the river” sebagai upaya mitigasi banjir. Selain lebih murah, dua metode tersebut juga terbukti efektif dan ramah lingkungan.
Hero mengingatkan, megaproyek rekayasa pulau dan tanggul raksasa justru memunculkan masalah baru di masa mendatang. Misalnya, hutan bakau di wilayah pesisir bakal terdegradasi dan hilang.
“Padahal, hutan bakau merupakan pertahanan pesisir alami yang dapat mencegah terjadinya abrasi,” tegasnya.
Karenanya, kata Hero, lingkungan hidup di Teluk Jakarta harus diperbaiki dengan cara rehabilitasi, bukan reklamasi.
Dia pun menantang Pemprov DKI jujur dan terbuka menjaskan motif utama menjalankan dua kebijakan konvensional tersebut. “Apakah itu bertujuan untuk penanggulangan banjir rob atau untuk ekspansi properti?” tanya dia.
Disisi lain, Hero menampik pernyataan Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bahwa di Teluk Jakarta sudah tidak ada ikan. Sebab, berdasarkan laporan Dinas Kelautan, di sana ada produktivitaa dan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Artikel ini ditulis oleh: