Untuk disinsentif, kata Tulus, bila masyarakat masih tidak mau menggunakan angkutan umum yang sudah disediakan, maka mereka harus menggunakan bahan bakar yang lebih mahal dan lebih berkualitas.

“Karena dia telah mencemari lingkungan dengan bahan bakar yang digunakan kendaraan pribadinya,” tutur dia.

Menurut Ketua YLKI itu, warga Jakarta seharusnya memang menggunakan bahan bakar yang berkualitas lebih tinggi dan mahal. “Karena tingkat emisi di Jakarta Itu paling tinggi,” ujarnya.

Tulus mengatakan apabila Jakarta menginginkan warganya yang semakin sehat, bersih dan nyaman, mau tidak mau penggunaan BBM di Jakarta harus menggunakan BBM yang berkualitas dan ramah lingkungan.

“Karena ya pasti sekuat apapun angkutan umumnya pasti orang itu memilih kendaraan pribadinya, kalau angkutan umumnya blm dianggap memadai,” jelas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin