Jakarta, aktual.com – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penyempurnaan replika perkampungan khas Betawi yang berada di pulau di tengah Setu (Danau) Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, dapat selesai pada akhir 2019.

“Harapannya pada 2020 obyek terbaru di kawasan ini sudah dapat dibuka dan dinikmati wisatawan yang berkunjung,” kata Kepala Satuan Pelaksana Layanan dan Informasi Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan, Bayu Permana di Jakarta, Selasa (23/7).

Saat ini, kata dia, pembangunan replika permukiman telah selesai pada bangunan-bangunan rumah adat.

“Pada tahap selanjut kami akan melakukan penyempurnaan dengan membuat sawah, kubangan kerbau, kebun, dan empang (kolam ikan) di dalam replika perkampungan itu,” kata Bayu.

Penyempurnaan itu, lanjut dia, agar menciptakan suasana tempat tersebut sama seperti suasana perkampungan masyarakat Betawi masa lampau.

Bayu mengatakan, pulau yang menjadi lokasi replika perkampungan budaya Betawi itu sendiri dahulunya merupakan tanah urukan dari proyek perluasan Setu Babakan pada 2000.

“Keberadaan pulau ini bersamaan dengan awal didirikannya kampung budaya Betawi Setu Babakan ini, namun hingga saat ini belum dimanfaatkan,” kata dia.

Sebelumnya, Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPK PBB) Setu Babakan menargetkan jumlah pengunjung di kawasan yang mereka kelola mencapai 400 ribu orang setiap tahun.

Harapannya, lanjut Bayu, adanya replika perkampungan budaya Betawi di pulau di tengah danau dapat berkontribusi pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di destinasi pusat kebudayaan Betawi di Jakarta ini.

Saat ini kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memiliki luas area sekitar 289 hektar.

“Semuanya terbagi menjadi dua area yaitu area statis yang dikuasi Pemprov DKI Jakarta dan area dinamis yang dimiliki warga,” kata Bayu.

Selain itu, lanjut dia, kawasan ini juga dibagi menjadi lima zona, antara lain zona embrio yang berisi bangunan awal kampung budaya Setu Babakan, zona A, zona B atau tempat produksi batik, zona C pulau dengan replika perkampungan Betawi, dan zona pengembangan.

Untuk zona A, kata dia, saat ini merupakan zona utama yang telah dilengkapi dengan gedung museum, panggung terbuka, rumah-rumah adat, gedung serba guna, dan kantor pengelola.

“Sementara untuk zona pengembangan rencananya akan menjadi lokasi sekolah menengah kejuruan (SMK) Kebudayaan Betawi yang saat ini belum dibangun,” kata dia.

Bayu berharap Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini dapat terus berkembang dan semakin dikenal luas oleh masyarakat sebagai pusat pelestarian budaya asli Betawi.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin