Jakarta, Aktual.com – Potensi banjir di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dipicu banyak faktor di antaranya akibat makin berkurangnya kawasan hutan yang menjadi daerah resapan air.
“Banjir bisa disebabkan curah hujan tinggi sehingga sungai kecil meluap, ditambah daerah resapan air berkurang serta anak-anak sungai mulai dangkal karena makin jarang dilewati transportasi sungai dan banyak sampah kayu yang menghalangi alur sungai,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur, Sutoyo di Sampit, Minggu (23/7).
Sutoyo mengaku belum mengetahui persis berapa besar berkurangnya kawasan hutan di Kotawaringin Timur. Dia mengaku hanya mendapat informasi bahwa hutan di kabupaten ini sekitar 25 persen.
Selain mengingatkan pentingnya menjaga hutan, Sutoyo mengajak masyarakat membersihkan lingkungan. Sampah seperti batang pohon dan sampah lainnya yang menutup anak sungai harus bersihkan agar arus air selalu lancar sehingga anak sungai tidak sampai meluap ketika terjadi hujan deras.
“Bupati sudah memerintahkan seluruh desa membersihkan sungai. Saat ini Kotawaringin Timur belum ada peningkatan debit air terlalu tinggi. Kondisi permukaan sungai masih di bawah normal,” kata Sutoyo.
Sutoyo menyebutkan, lokasi rawan banjir di Kotawaringin Timur terdapat di 10 kecamatan, 14 kelurahan dan 65 desa. Lokasi rawan banjir itu sebagian besar di wilayah Utara atau kawasan hulu sungai Mentaya.
Banjir juga rawan terjadi di kawasan kota Sampit yang meliputi Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang. Pemicunya adalah kurang maksimalnya fungsi drainase sehingga air sering meluap ke jalan dan permukiman saat hujan deras, apalagi jika bersamaan dengan sungai sedang dalam kondisi pasang.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka