Jakarta, Aktual.com – Kendati pada perdagangan kemarin laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) menguat tipis, tapi hari justru berpotensi berbalik ke zona merah.
Hal ini mungkin terjadi jika rupiah merespon negatif penilaian dari Bank Indonesia (BI) yangmemperkirakan konsumsi rumah tangga sepanjang Triwulan IV-2016 lalu mengalami pertumbuhan yang melambat.
“Pergerakan rupiah kemarin yang terapresiasi bisa saja berlanjut, namun juga dapat terganggu potensi kenaikannya karena ada sentimen perlambatan konsumsi rumah tangga,” ujar analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (11/1).
Menurutnya, berdasarkan perkiraan pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Kuartal IV-2016 diperkirakan melambat hanya sebesar 9,5% (year on year).
“Mestinya kondisi ini bisa dimanfaatkan rupiah. Apalagi pergerakan USD masih labil jelang pidato Donald Trump. Tapi tetap pelaku pasar harus cermati berbagai sentimen yang berpotensi menghambat kenaikan lanjutan dari rupiah,” jelas Reza.
Kondisi saat ini, kata dia, pelaku pasar hanya mencemaskan bahwa Trump dapat mengguncang pasar dengan arahan pemerintahan yang agresif pada isu-isu seperti kebijakan perdagangan dan hubungan dengan China dan Amerika Latin.
“Tetap cermati sentimen yang ada. Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran pada kisaran di level support Rp13.400. Sementara level resisten berada di rentang Rp13.280,” ungkap Reza.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: