Jakarta, Aktual.com – Menjelang pendaftaran Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, ada reuni antara Partai Demokrat dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kedua partai ini sempat tergabung dalam koalisi pendukung pemerintahan SBY era 2009-2014.
Meskipun demikian, kedua partai ini sempat tak akur pada masa itu. Sekitar tahun 2012, sejumlah partai pendukung SBY menyebut PKS sebagai pengkhianat koalisi.
Wakil Ketua Umum Demokrat, Syarief Hasan mengaku ‘pede’ jika kejadian itu takkan terulang kembali.
“Saya pikir tidak (khawatir),” kata Syarief di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (20/7).
Syarief mengatakan partainya sudah memiliki banyak pengalaman berkoalisi dengan PKS. Dia mengaku banyak hal positif yang diambil Demokrat dari koalisi itu.
“Kami kan sudah banyak berpengalaman, berkoalisi dengan PKS, dan banyak hal-hal positif bisa kami raih di situ,” ujar Syarief.
Syarief menuturkan kepentingan rakyatlah yang mempertemukan Demokrat dengan PKS dalam satu koalisi. Demokrat, yang dipimpin sang ketum, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), malam ini bertemu dengan jajaran PKS.
“Saya pikir sekali lagi untuk berkoalisi ini kan untuk kepentingan rakyat. Jadi mari kita pentingkan kepentingan rakyat, lebih bagus itu, kita utamakan dalam berkoalisi,” terang Syarief.
Dalam catatan detikcom pada 2013, ada empat momen ketegangan hubungan Demokrat dengan PKS yang terjadi. Ketegangan itu terjadi selama PKS bergabung dalam Koalisi Setgab (Sekretariat Gabungan) pada era pemerintahan SBY periode kedua.
Saat menjadi mitra pemerintah SBY, Menristek dari PKS, yaitu Suharna Surapratana, di-reshuffle. Lalu saat pemerintahan SBY menaikkan harga BBM, PKS meneriakkan protes dengan alasan ingin sependeritaan dengan rakyat.
Selanjutnya, Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap KPK atas kasus dugaan korupsi. Saat itu Lutfhi menjabat Presiden PKS. Pihak partai berlambang bulan sabit kembar itu menuding adanya ketidakadilan karena Luthfi ditangkap tanpa proses pemanggilan atau pemeriksaan sebelumnya.
PKS pun pernah khawatir eksistensinya di Koalisi Setgab hanya dimanfaatkan untuk kepentingan Demokrat dan Golkar, yang dinilai mendominasi koalisi.
Hari ini, Demokrat memutuskan berkoalisi dengan Gerindra, yang siap mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Gerindra diketahui sebagai mitra PKS sejak Pilpres 2014. Demokrat pun kini kembali mulai menjajaki koalisi dengan PKS.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan