Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior sekaligus Menteri Koordinator Perekonomian era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli menyebut dalam rangka memompa pertumbuhan ekonomi nasional bisa dilakukan tanpa mengandalkan anggaran atau budget. Ada cara lain yag lebih efektif yakni melalui strategi revaluasi aset dan sekuritisasi aset.
“Saya sudah sampaikan langsung ke Pak Jokowi saat jadi menteri. Bisa menggenjot perekonomian tanpa menggunakan anggaran, karena anggaran kita sudah terbatas. Pompanya melalui revaluasi aset. Saya usulkan ini dan yang setuju cuma saya dan Presiden. sedang semua menteri ekonomi lain tak setuju,” ungkap Rizal saat berdiskusi di Kantor Aktual.com, di Jakarta, ditulis Sabtu (30/9).
Untungnya, kata dia, dirinya berhasil membujuk 18 BUMN, dan ternyata total asetnya naik jadi Rp800 triliun lebih. Dengan penerimaan sebesar 4 persen dari Rp800 triliun, sekitar Rp35 triliun.
“Padahal kalau seluruh BUMN melakukan revalusasi asset maka nilainya mencapai Rp2.500 triliun. Dan penerimaan pajaknya 4 persen jadi sekitar Rp100 triliun. Ini lebih dahsyat dari tax amnesty. Abis itu kita bisa genjot BUMN menjadi mesin pertumbuhan,” dia menegaskan.
Langkah itu pun dilakukan oleh China yang menggali BUMN-nya menjadi penopang pertumbuhan. Dan belakangan pihak swastanya juga bergabung.
Tapi terkadang, kata dia, banyak pemikiran dari pemerintah yang menyebut pertumbuhan bisa digenjot dengan keterlibatan asing untuk menggenjot perekonomian. “Padahal yang utama, genjot dulu ekonomi kita sampai 7 persen nantinya asing juga akan datang. Itu sederhana,” kata dia.
Selain itu, perlu juga dilakukan cara sekuritisasi asset. Beberapa bulan yang lalu dirinya juga pernah memberi tahu ke Presiden bahwa perlu ada sekuritisasi aset. Tapi pemerintah berjalan lamban. Baru belum lama ini PT Jasa Marga (Persero) Tbk sudah melakukan sekuritisasi aset.
Cuma masalahnya di kepala menteri ekonominya kalau bicara pompa ekonomi ya harus dengan budget. Untuk membangun infrastruktur harus menggunakan bujet, sementara dana APBN sangat terbatas. Dan ternyata masih ada cara lain bukan pakai budget financing tapi pakai non budget financing.
“Yaitu BOO (Build Operate Own) dan BOT (Build Operate Transfer) terutama di Pulau Jawa ya. Karena daya beli dan pertumbuhan ekonomi di Jawa sudah cukup dan bisa di-BOO dan BOT-kan,” kata dia.
Cuma para menteri neoliberalis di kabinet Jokowi ini kerap menyebut, yang penting itu proyeknya bagus baru asing pada tertarik untuk inevstasi. “Lho asing itu akan tertarik kalau returnnya tinggi. Bukan menarik atau tidaknya proyek itu. Asing itu tak peduli yang penting return-nya tinggi. Dan mereka akan tertarik kalau returnnya di atas 11 persen,” jelas dia.
Pewarta : Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs