Kondisi ini sejalan dengan tren permintaan dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia yang menurun terhadap pasar global. Berdasarkan data Tradingeconomics (Juli 2023), tren impor Tiongkok periode Januari 2022–Juni 2023 menunjukkan penurunan sebesar 0,43 persen; kemudian India turun 0,56 persen; Pakistan turun 0,55 persen; Vietnam turun 0,70 persen; dan Korea Selatan turun 1,25 persen.
Ditinjau dari kawasan, pelemahan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Eropa Utara yang turun 45,11 persen, Eropa Timur turun 44,31 persen, dan Karibia turun 21,49 persen (MoM). Di tengah pelemahan ekspor Indonesia ke mayoritas kawasan, beberapa kawasan tujuan ekspor justru mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya Asia Tengah yang naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen, dan Asia Barat naik 11,35 persen (MoM).
“Hal ini menunjukkan pasar nontradisional merupakan pasar yang potensial bagi perluasan dan pengembangan ekspor nonmigas Indonesia di tengah pelambatan perekonomian global,” jelas Mendag.
Secara kumulatif, ekspor selama Semester I 2023 mencapai USD 128,66 miliar atau turun 8,86 persen dari tahun lalu yaitu sebesar USD 141,17 miliar (YoY). Penurunan nilai ekspor tersebut didorong oleh melemahnya ekspor migas sebesar 1,28 persen YoY dan ekspor nonmigas sebesar 9,32 persen YoY.
Impor Juni 2023 Turun pada Seluruh Golongan Penggunaan Barang Nilai impor Indonesia di bulan Juni 2023 tercatat sebesar USD 17,15 miliar, turun 19,40 persen dibanding Mei 2023 (MoM). Penurunan nilai impor tersebut disebabkan adanya pelemahan impor migas sebesar 29,12 persen (MoM) dan impor nonmigas sebesar 17,73 persen (MoM).
Penurunan impor pada Juni 2023 terjadi pada seluruh golongan barang. Penurunan terbesar terjadi pada impor golongan barang konsumsi yang turun sebesar 23,33 persen secara bulanan (MoM), diikuti bahan baku/penolong yang menurun sebesar 19,24 persen (MoM) dan barang modal turun sebesar 17,97 persen (MoM).
“Beberapa barang konsumsi yang mengalami penurunan impor di bulan Juni 2023, antara lain buah-buahan (pir dan anggur segar), obat untuk keperluan terapeutik/profilaksis, serta susu dan krim dalam bentuk bubuk. Penurunan impor barang konsumsi ini sejalan dengan melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan Juni 2023 mengalami penurunan ke level 127,1 dari sebelumnya 128,3 pada Mei 2023. Penurunan ini didorong oleh melemahnya optimisme keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan,” ujar Mendag.
Sementara beberapa produk impor nonmigas yang mengalami penurunan impor terbesar pada Juni 2023, seperti biji dan buah mengandung minyak (HS 12) turun 41,74 persen, instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90) turun 28,55 persen, pupuk (HS 31) turun 28,47 persen, bahan bakar mineral (HS 27) turun 24,19 persen, serta logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 24,13 persen MoM. Sementara itu, piranti lunak, barang digital dan barang kiriman (HS 99) menunjukkan kenaikan impor terbesar pada Juni 2023 yaitu 143,37 persen, diikuti ampas dan sisa industri makanan (HS 23) naik 24,66 persen, serta gula dan kembang gula (HS 17) yang naik 11,71 persen MoM.
Selama Semester I 2023, total impor Indonesia mencapai USD 108,73 miliar atau mengalami penurunan 6,42 persen dibandingkan periode Semester I 2022 yaitu sebesar USD 116,18 miliar (YoY). Penurunan impor Semester I 2023 dipicu oleh melemahnya permintaan impor migas sebesar 14,51 persen dan impor nonmigas yang turun 4,79 persen YoY.
Artikel ini ditulis oleh:
Tino Oktaviano