Jakarta, Aktual.com — Lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating dan Investment Information Inc (R&I) kembali menetapkan Indonesia sebagai negara layak investasi atau “investment grade” berdasarkan hasil keputusan per 4 April 2016.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/4), mengatakan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah volatilitas ekonomi dan tekanan keuangan global menjadi dasar penetapan peringkat layak investasi tersebut.
“Ketahanan perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian dan volatilitas keuangan global telah diakui lembaga pemeringkat. Jalinan antara kebijakan fiskal dan moneter yang semakin sinergis akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat sembari upaya melanjutkan reformasi struktural,” kata Agus.
Bank Indonesia melaporkan R&I memberikan afirmasi Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level BBB- / atau “stable outlook”. R&I sebelumnya telah melakukan afirmasi atas Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB- / “stable outlook” pada tanggal 18 Maret 2015.
Pemeringkatan layak investasi itu karena perekonomian Indonesia dinilai tetap stabil di tengah ketidakpastian eksternal yang masih berlanjut. Selain itu, kebijakan moneter yang diterapkan pun akomodatif, dibarengi dengan kebijakan fiskal yang proaktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, defisit fiskal Indonesia juga dipandang rendah dengan kondisi arus fiskal yang terkendali. Likuiditas valas juga terjaga melalui kebijakan bank sentral dan kecukupan cadangan devisa yang baik, meskipun utang luar negeri swasta nonbank tetap perlu diawasi.
“R&I menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia yang terjadi di 2015 disebabkan oleh ketidakpastian pada ekonomi dan keuangan global,” kata Tirta.
Adapun pada 2016, R&I melihat perekonomian Indonesia akan didorong oleh belanja pemerintah sebagai roda penggerak perekonomian dan peningkatan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari pelonggaran kebijakan moneter bank sentral.
R&I memandang positif komitmen pemerintah dalam melakukan reformasi struktural, termasuk reformasi subsidi energi.
“Reformasi subsidi ini telah memberikan ruang bagi sektor fiskal untuk dapat meningkatkan alokasi pengeluaran terkait penyediaan infrastruktur dan sektor produktif lainnya sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi,” demikian pernyataan Bank Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka