Jakarta, Aktual.com — Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan Indonesia terlambat memberikan kepastian hukum terkait regulasi dan ketenagakerjaan sebagai modal dasar menggairahkan investasi sektor padat karya.
Akibatnya, menurut dia, Indonesia masih harus kalah bersaing dengan Vietnam dalam menarik investasi khususnya di sektor padat karya.
“Vietnam jauh lebih awal di dalam memberikan kepastian soal regulasi dan ketenagakerjaan. Tapi, dua hal itu justru baru muncul di Indonesia pada era pemerintah yang baru ini,” kata Franky dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (31/8).
Ia menuturkan, kepastian hukum soal regulasi investasi yang ditawarkan Indonesia dan baru dilakukan di era pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla diantaranya tentang reformasi perizinan serta implementasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Sementara terkait ketenagakerjaan seperti jaminan keamanan saat demonstrasi, pengupahan dan lainnya, juga baru dilakukan pemerintah tahun ini.
Kendati pemerintah masih terus menggodok regulasi untuk menggairahkan investasi di sektor padat karya, Franky mengaku masih banyak investor yang terus menanamkan modalnya di Indonesia.
“Dalam Semester I 2015 saja, ada total 378 pabrik investasi asing yang baru dan sedang dikonstruksi, nilainya Rp3,88 triliun dan bisa menyerap 70.725 orang,” katanya.
Dari dalam negeri, tercatat pula sejumlah investor lokal yang tengah membangun pabrik senilai total Rp2,14 triliun dan menyerap 24.000 orang tenaga kerja.
“Artinya, Indonesia masih menjadi tujuan investasi, tapi kita masih kalah. Tinggal bagaimana kita berikan kepastian hukum dan lain-lain agar bisa tambah nilai investasinya,” katanya.
Franky mengatakan Vietnam masuk tiga besar negara dengan arus investasi asing tertinggi se-ASEAN.
Industri tekstil sendiri menjadi salah satu sektor utama dalam perekonomian Vietnam yang berkontribusi 7 persen, setelah properti (42 persen) dan hiburan (7 persen).
“Vietnam ini saingan terberat untuk sektor industri padat karya. Dengan hanya 7 persen itu, Vietnam sudah menunjukkan diri jadi salah satu saingan di sektor padat karya, khususnya tekstil,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: