Bantul, Aktual.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat setidaknya ada sekitar 1.800 kepala keluarga yang rawan terdampak bencana tanah longsor pada musim hujan.
“Sekitar 1.800 kepala keluarga (KK) yang rawan terdampak tanah longsor itu tersebar di 16 desa dari enam kecamatan di Bantul yang dipetakan rawan tanah longsor,” kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bantul Dewanto Dwipoyono di Bantul, Jumat (13/11).
Menurut dia, seribuan KK tersebut terdampak bahaya tanah longsor karena permukiman, tempat tinggal mereka, terdapat di lereng-lereng perbukitan maupun di atas lahan yang rawan mengalami pergerakan tanah, karena struktur tanah yang labil.
Ia menyebutkan enam kecamatan yang sebagian wilayahnya rawan longsor tersebut adalah perbukitan di Kecamatan Pajangan, Dlingo, Piyungan, Imogiri, dan Pleret, serta sebagian wilayah Kecamatan Pundong.
“Wilayah yang paling banyak terdapat penduduknya adalah Desa Selopamioro Imogiri, yakni sekitar 500 KK, sementara potensi tanah longsor dilihat dari intensitasnya ada di Srimulyo Piyungan,” kata Dewanto.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk atau mengurangi risiko dampak tanah longsor, pihaknya sudah melakukan perencananan penanganan bencana dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait agar meningkatkan kesiapsiagaan.
“Kami juga mengaktifkan kembali forum pengurangan risiko bencana (FPRB) yang terbentuk di masing-masing desa itu, apalagi di sejumlah desa rawan longsor itu juga sudah diresmikan sebagai Desa Tangguh Bencana,” katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga memasang papan tanda bahaya tanah longsor di sekitar 50 titik rawan longsor sehingga warga akan mengetahui ketika memasuki zona rawan longsor dan selalu waspada ketika terjadi hujan deras.
“Kebetulan tahun ini kami mendapat dukungan dari DIY terkait dengan antisipasi tanah lonsgsor, salah satunya pemasangan papan tanda bahaya longsor di 50 titik. Kami rencanakan pada bulan November ini selesai,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: