Denpasar, Aktual.com – Malam ini, Senin (27/3), ribuan ogoh-ogoh diarak warga Bali keliling kota. Akibatnya, sejumlah jalanan protokol ditutup.
Selain arak-arakan ribuan ogoh-ogoh, sejumlah warga juga ramai-ramai menyaksikan atraksi budaya tahunan itu di pinggir-pinggir jalan. Dalam satu banjar (setingkat Rukun Tetangga), warga bisa membuat empat sampai lima ogoh-ogoh. Mulai anak-anak hingga orang dewasa ikut mengangkat ogoh-ogoh tersebut.
Ogoh-ogoh merupakan boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu yang dibaluri bubur kertas dan cat. Dalam perkembangannya, tak sedikit warga Bali yangmembuat ogoh-ogoh dari bahan stereoform, namun tetap menggunakan bubur kertas dan cat.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menjelaskan, ogoh-ogoh merupakan manifestasi dari Bhutakala. Ogoh-ogoh akan diarak keliling kota pada satu hari sebelum perayaan Nyepi. Usai diarak keliling kota, ogoh-ogoh akan di-prelina (dibakar), untuk selanjutnya dilarung ke laut.
Arak-arakan ogoh-ogoh sendiri mulai marak dilakukan warga Bali pada sejak tahun 1986. “Tepatnya setelah hari raya Nyepi diakui sebagai libur Nasional. Kota Denpasar yang memulai arak-arakan ogoh-ogoh keliling kota secara besar-besaran,” kata Sudiana, Senin (27/3).
Artikel ini ditulis oleh: