Penjual saat akan memberi makan sapi untuk hewan kurban di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Minggu (13/9). Jelang Idul Adha 1436 Hijriah, harga daging sapi dan kambing kian melambung tinggi. Kenaikan harga hewan kurban itu mencapai Rp 2,5 juta per ekor. Jika untuk sapi kurban sebelumnya dijual oleh peternak mulai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Kini sudah mulai naik sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta per ekor. Sementara harga kambing dan domba saat ini dipatok Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Bojonegoro, Aktual.com — Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyebutkan ribuan sapi betina setempat mengalami gangguan reproduksi disebabkan faktor genetika, terkena penyakit, dan pemberian pakan yang tidak tepat.

“Diketahuinya ada sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi berdasarkan pemeriksaan petugas Balai Besar Veteriner Yogyakarta, dalam sebulan terakhir,” kata Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Bojonegoro Soni Soemarsono di Bojonegoro, Sabtu (30/4).

Menurut dia, Petugas Balai Veteriner Yogyakarta didatangkan karena banyak sapi betina di daerahnya yang tidak bisa hamil meskipun sudah menjalani inseminasi buatan beberapa kali. “Sapi yang mengalami gangguan reproduksi langsung memperoleh pengobatan, mulai pemberian hormon, mineral, vitamin, juga memperoleh obat cacing.”

Ditanya mengenai hasilnya, menurut dia, dari ribuan sapi betina, yang mengalami gangguan reproduksi sudah banyak yang mulai hamil. Sesuai data pada Dinas Peternakan dan Perikanan, bahwa populasi sapi di daerah setempat mencapai 186 ribu ekor, sekitar 65 persennya merupakan sapi betina.

“Tapi untuk sapi yang mengalami gangguan reproduksi, disebabkan faktor genetika, sudah tetap tidak bisa hamil, meskipun memperoleh pengobatan,” ujar Asisten I Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Setyo Yuliono.

Dia mengakui, adanya gangguan reproduksi sapi betina itu, mengakibatkan produksi sapi di daerahnya tidak bisa maksimal. “Tapi temuan sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi sudah ditangani dinas peternakan dan perikanan.”

Pemkab, katanya, mentargetkan sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi itu, paling tidak 70 persennya bisa hamil. “Pemkab terus berusaha meningkatkan populasi sapi.”

Camat Tambakrejo, Bojonegoro Ngasiaji, sebelumnya, menjelaskan sebanyak 170 ekor sapi betina jenis Ongole di daerahnya, menjalani pemeriksaan kesehatan, pada 25 April lalu.

“Dari hasil pemeriksaan diketahui ada 57 ekor sapi, yang mengalami gangguan reproduksi,” kata dia.

Dia menambahkan petugas mantri hewan di wilayahnya langsung memberikan pengobatan, antara lain, dengan memberikan suntikan vitamin, hormon, mineral dan obat cacing.

“Sapi jenis Ongole memperoleh perhatian layak dikembangkan, dengan pertimbangan pemeliharaannya mudah, juga dagingnya lebih enak dibandingkan sapi jenis lainnya.”

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu