Berdasarkan survei dari lembaga Reuters, kata Ariston, para analis menunjukkan kecenderungan bahwa otoritas moneter Indonesia akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen pada Kamis (18/7), atau pelonggaran yang pertama kali sejak Novemebr 2018.

Jika Bank Sentral benar-benar memotong suku bunga acuannya, maka hal itu menandakan perubahan sikap kebijakan moneter, pasca-kenaikan suku bunga yang agresif pada 2018 dengan dosis hingga 175 basis poin menjadi enam persen.

Ariston memerkirakan pada Rabu ini kurs rupiah akan bergerak paling kuat hingga Rp 13.900 per dolar AS, dan paling lemah di Rp14.000 per dolar AS.

Selain menanti kebijakan suku bunga BI, pelemahan rupiah juga dipicu pengumuman data-data ekonomi AS pada Selasa malam waktu setempat. Penjualan ritel AS bulan Juni 2019 ternyata tumbuh 0,4 persen atau lebih baik dari ekspektasi 0,2 persen.

Hal itu akan mendorong pelaku pasar untuk berekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve tidak akan terlalu dalam, sehingga “greenback” Dolar AS berbalik menguat.

Artikel ini ditulis oleh: