Yogyakarta, Aktual.com – Institute for Research and Empowerment (IRE) mempresentasikan hasil penelitian terkait kecenderungan ketimpangan antar empat kabupaten dan satu kota di Provinsi DIY serta strategi kebijakan yang ditempuh Pemda dalam menanggulanginya.

Penelitian dititikberatkan pada dua dimensi utama. Pertama, ekonomi, yang mencakup pendapatan dan pengeluaran/konsumsi. Kedua, non ekonomi, yang meliputi aspek pelayanan dasar/publik seperti administrasi kependudukan, pendidikan dan kesehatan.

“Salah satu penyebab kemiskinan adalah kegiataan ekonomi paling banyak dinikmati masyarakat kota, terutama di Kota Yogya dan Kabupaten Sleman,” jelas koordinator penelitian, Rajif Dri Rangga, Jum’at (26/5).

Corak kemiskinan saling berbeda ditemukan di desa-desa kawasan urban dimana menurutnya tak lagi semata dipicu problem ketiadaan aset, namun juga ketidakmampuan kelompok miskin mengakses pekerjaan di sektor formal yang memberi pendapatan lebih besar.

Di tengah geliat sektor ekonomi kreatif dan pariwisata yang bergairah, berdasar data BPS per Maret 2016, diketahui tingkat kemiskinan di DIY menjadi salah satu yang paling tinggi sepulau Jawa bersama Jawa Tengah, bahkan ketimpangan tersebut tertinggi secara nasional.

Adapun persentase tren gap kemiskinan antar kabupaten (rural)/ kota (urban) di DIY adalah Sleman 9,5%, Kota Yogya 8,67%, Bantul 15,89%, Gunung Kidul 20,83% serta Kulon Progo 20,64%. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby