Bagaimana penjelasan Rizal Ramli? Pria yang punya rekam jejak perjuangan sejak mahasiswa, ini mengaku kurang nyaman dengan perkembangan negeri. Dia merasakan ada kegelisahan kolektif sebagai bangsa dalam berbagai hal. Antara lain soal kerukunan, keadilan, dan demokrasi.

Menurut dia, perjuangannya membangun Indonesia agar lebih baik sejak 40 tahun silam, ternyata tidak kunjung membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Ironisnya, lanjut pria yang juga pernah menjadi Menteri Keuangan ini, justru ada keinginan terselubung untuk kembali ke sistem semi otoriter.

“Demokrasi saat ini tidak membawa kemakmuran, kecuali untuk segelintir kalangan elit. Demokrasi hanya bermanfaat jika disertai dengan keadilan. Saat ini banyak ketidakadilan, hukum sering dijadikan alat kekuasaan. Tugas kita semua untuk mengubahnya sehingga keadilan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia,” paparnya.

Rizal Ramli memang dikenal sebagai ekonom sekaligus teknokrat bertangan dingin. Ketika memimpin tim ekonomi Presiden Gus Dur, ekonomi berhasil tumbuh dari -3% menjadi 4,5%. Pada saat yang sama, utang luar negeri berkurang US$4,15 miliar, ekspor nonmigas naik 200%, dan gaji PNS naik 125%. Selain itu, indeks gini  rasio berhasil mencapai titik terbaik sepanjang sejarah, yaitu 0,31. Serunya lagi, semua prestasi itu dicapai dalam tempo singkat, yaitu hanya 21 bulan.

Sebetulnya, RR, begitu dia biasa disapa, sudah beberapa kali terlibat dalam Pilpres. Namun saat itu dia lebih banyak berperan sebagai semacam penasehat calon presiden yang berlaga. Mantan tim panel ahli Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama tiga peraih nobel bidang ekonomi itu banyak memberi saran dan masukan kepada para Capres yang dibantunya.

Berbagai ide perbaikan dia jelaskan, baik kepada para Capres maupun belakangan secara terbuka. Sayangnya, banyak yang menggunakannya hanya untuk jargon kampanye dan pencitraan. Sementara substansinya tidak pernah dilaksanakan! Itulah sebabnya dia memutuskan untuk melaksanakannya sendiri ide dan gagasan tersebut. Hasilnya, terbukti jauh lebih bagus ketimbang tim ekonomi Presiden-presiden berikutnya.

Hal lain yang membuat RR  merasa terpanggil, adalah fakta bahwa Presiden sering diintervensi oleh kekuatan besar, baik dari dalam maupun luar negeri. Akibatnya, banyak kebijakan yang sebetulnya bagus dibatalkan. Ekonomi Indonesia yang stagnan di angka 5% dalam tiga tahun terkakhir, misalnya, adalah contoh benderang betapa besarnya kekuatan yang mengintervensi Presiden.

“Hal-hal seperti inilah yang mendorong saya memutuskan siap memimpin Indonesia. Dengan potensi SDA yang berlimpah, rakyat yang rajin dan ingin bekerja, saya yakin Indonesia bisa tumbuh 10% dalam periode 2019-2024.  Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan banyak tersedia lapangan kerja, upah meningkat, dan kemiskinan akan berkurang,” ungkap Rizal Ramli.

Tangan-tangan Amatir