Ekonon Senior, Rizal Ramli saat diskusi dengan tema “Indonesia Perlu Pemimpin Optimis yang Bawa Perubahan” di gelar di Tebet, Jakarta Selatan, Senin ( 25/2/2019). Rizal mengungkapkan bahwa penurunan angka kemiskinan di era Jokowi – JK menunjukan paling rendah dari era kepemimpinan semua presiden sebelumnya sejak reformasi. AKTUAL/Tino Oktaviano

Yogyakarta, Aktual.com – Mantan Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli buka suara terkait gambaran ekonomi Indonesia dalam 5 tahun ke depan.

Menurutnya prediksi dari dua calon presiden (capres) yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto yang salah satunya pasti akan terpilih setelah 17 April 2019 mendatang.

Kepada wartawan saat berbincang santai di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Rabu (27/3), Rizal mengatakan bahwa secara makro kebijakan ekonomi Presiden Widodo tidak akan jauh berbeda daripada periode pertama kepemimpinannya.

Ia memprediksi, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan lebih baik dengan situasi utang yang semakin besar dan bunga tinggi.

“Utang semakin besar dengan bunga semakin naik dan tertinggi di Asia sekitar 8 persen. Pertanyaannya, bakal berubah tidak Pak Jokowi kalau terpilih bulan April. Saya khawatir tak berubah karena strateginya begitu-begitu saja. Kalau strateginya begitu-begitu saja ekonomi tidak tumbuh lebih dari 7 persen dan tiga tahun ini terlihat, makro ekonominya,” ungkapnya.

Meski demikian, Presiden Widodo menurut Menko Kemaritiman ini, memiliki prestasi cukup baik dalam memimpin diantaranya keberhasilan pembangunan infrastuktur selama periode pemerintahannya.

“Prestasi menonjol bidang infrastruktur, dia all out dalam bidang itu. Dia berkomitmen dalam bidang tersebut,” sambung dia.

Sementara ketika berbicara mengenai Prabowo, meski mengatakan sosok tersebut belum berpengalaman memimpin negara namun Rizal terdengar lebih bersemangat membahas apa yang akan dilakukan.

Menurut dia, ide Prabowo yang disampaikan dalam pidato diantaranya menurunkan tarif listrik dan perubahan regulasi sistem impor dalam 100 hari mampu mengangkat perekonomian bangsa secara signifikan.

“Dalam waktu 100 hari akan turunkan tarif listrik untuk 450-900 Voltampere untuk golongan menengah kebawah. Saat ini orang bayar listrik Rp700 ribu-Rp900 ribu dari dulu Rp300 ribu-Rp400 ribu, dengan kata lain itu memberikan Rp600 ribu ke kantong rakyat. Dia bilang juga 100 hari akan turunkan harga pangan dengan ubah sistem kartel impor. Semua orang boleh impor tapi bayar 30 persen, negara untung. Ini kebijakan yang Pak Widodo tak berani lakukan,” terang dia.

Hal tersebut menurut Rizal pernah dilakukan di era Gus Dur seperti menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga 125 persen yang dampaknya menaikkan daya beli masyarakat. “Ketika daya beli naik maka ekonomi akan meningkat,” ungkapnya lagi.

Janji lain Prabowo yang menurut Rizal cukup berdampak yakni rencana pembangunan 1 juta rumah subsidi yang mana Jokowi hanya bisa membangun 320 ribu pertahun.

“Ketika ini akan dinaikkan, bagaimana caranya akan dijelaslan tapi kalau benar lapangan kerja langsung atau tak langsung akan tambah 3,5 juta. Waktu saya Menko Gusdur yang saya lakukan restruktur bunga kita potong akhirnya real estate tumbuh lagi, ekonomi cepat naik. Jadi kalau dibangun perumahan 1 juta unit otomatis lapangan pekerjaan semakin besar dan kenaikan ekonomi tambah 1 persen lagi,” imbuh dia.

Meski menyadari bawasanya Prabowo belum teruji dalam memimpin bangsa, namun Rizal mengaku yakin eks Danjen Kopassus tersebut bukanlah orang yang suka berbohong.

“Pertanyaannya, Prabowo tukang bohong atau tidak, tukang janji palsu atau tidak? Kalau saya lihat tidak begitu. Rencana itu besar kemungkinan akan terlaksana dan terjadi,” pungkas ekonom yang menolak dikaitkan berada dalam lingkaran tim pemenangan Prabowo tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan