Kemudian, sambung Rizal Ramli, Presiden ke-2 RI, Soeharto di akhir masa kepemimpinannya pun menyadari bahwa rakyat sudah tak lagi menghendakinya untuk berkuasa. Meski berkuasa dan ABRI masih di bawah kendalinya, alih-alih Soeharto legowo untuk mundur.
“Soeharto waktu pulang dari Mesir, situasi di Indonesia sudah karut marut. Lalu, dia bertanya pada Wiranto yang kala itu menjabat sebagai Pangab soal situasi yang sudah chaos. Pak Wiranto memastikan kalau ABRI bisa all out, tapi korban dari rakyat banyak banget. Pak Harto pun akhirnya memilih untuk mundur dan situasi di Indonesia pun kondusif,” ungkap Rizal Ramli.
Kemudian, tambah Rizal Ramli, sikap bijaksana dan negarawan juga ditunjukan Presiden ke-3 RI, BJ Habibie yang menyadari bahwa rakyat tak menghendakinya memimpin Indonesia, mengingat demontrasi dari kalangan masyarakat saat ia memimpin seolah tak ada hentinya.
“Tapi, kalau dia ikut di pemilihan presiden, bisa-bisa dia menang. Sebagai petahana mungkin dia bisa menggunakan instrumen negara untuk melakukan curang sangat bisa. Tapi, dia tahu, habis itu dia akan didemonstrasi terus, dia juga gak bisa merintah yang bener, akhirnya kan Habibie mutuskan tidak mau maju jadi calon presiden,” imbuhnya.
Rizal Ramli menambahkan sikap demokratis juga terlihat dari Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri yang fair dalam berkompetisi di Pilpres 2004.
Artikel ini ditulis oleh: