Ekonom senior Rizal Ramli menghadiri undangan Kelompok Tani yang tergabung dalam ‘Sahabat Tani’ pada acara panen raya di Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Selasa (13/2). AKTUAL/WARNOTO
Ekonom senior Rizal Ramli menghadiri undangan Kelompok Tani yang tergabung dalam ‘Sahabat Tani’ pada acara panen raya di Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Selasa (13/2). AKTUAL/WARNOTO

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Rizal Ramli mengkritik kebijakan pemerintah yang melakukan impor garam. Impor garam membuat stok garam di tengah masyarakat menjadi berlebih.

Ia mengkambing hitamkan Kementerian Perindustrian lantaran alfa dalam memasukkan data produksi garam lokal sehingga diputuskan untuk impor garam.

“Ampun kok teledor begini? Perkiraan produksi garap 2018: 1,5 juta ton. Impor jadi kebanyakan,” tulisnya dalam akun twitter pribadinya, @RamliRizal.

Akibatnya, rakyat pun dibuat susah karena kesalahan dari institusi yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto ini.

“(Impor garam ini) Rugikan petambak garam,” tambahnya.

Perbedaan asumsi produksi garam lokal menjadi sumber permasalahan di internal pemerintahan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan produksi garam lokal sebanyak 1,5 juta ton sehingga hanya diperlukan 2,1 juta ton garam impor.

Sedangkan kementerian Perindustrian (Kemenperin) sama sekali tidak menyebut adanya produksi garam lokal dalam mendasari kebijakan import. Menurut data Kemenperin, Indonesia harus mengimpor 3,7 juta ton garam.

Kemenperin sendiri berkelit dengan garam lokal belum tersedia saat kebijakan ini dirumuskan, sementara kebutuhan industri akan garam sudah semakin mendesak.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan