Rizal Ramli

Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior dan mantan Ketua Perum Bulog, Rizal Ramli menyebut, peran Bulog harusnya strategis dan bisa mengendalikan harga beras dengan stabil. Bahkan cara yang pernah dilakukannya bisa ditiru. Yaitu kendalikan harga beras harus sama dengan mengendalikan harga valuta asing di pasar.

“Jadi, di dalam operasi saat mengendalikan harga beras mestinya sama dengan mengendalikan valuta. Cara itu sederhana misalnya, dulu kami kumpulkan data setiap siang dari 10 pasar induk. Masuk berapa transaksinya berapa harganya. Sore data masuk lagi berapa,” jelas Riza di Jakarta, Rabu (9/8).

Saat ini, kata dia, setiap daerah Bulog di daerah tersebut harus bisa mengendalikan harga. Makanya pihaknya memberi warna untuk lonjakan harga. Misal jika Rp10 perak masuk kategori warna kuning. Tapi kalau naik Rp100 itu masuk kategori warna merah.

“Misal di Surabaya kenapa bisa naik Rp100.kita langsung telp, dan dijawab ini ada yang main. Ya sudah kasih operasi 50 ribu ton dalam tiga minggu biar selesai. Akhirnya ya selesai,” jelas ekonom yang biasa disapa RR ini.

Jadi, kata dia, sebagai kepala Bulog harus beroperasi seperti BI. Seperti mengendalikan pasar valas. “Tapi saat in yang terjadi, mohon maaf, dalam beberapa waktu yang lalu naik terus dalam berminggu-minggu, tapi pejabat Bulognya kagak tahu dan Menteri Pertanian pun kagak tahu. Ini aneh,” papar RR.

Padahal rakyat sudah mengeluh dan untungnya, dari media ada pemberitaan. Ini terjadi karena Bulog mengendalian beras tidak seperti mengendalikan valas.

Rizal juga merasa kaget bahwa ada Dirjen Kementerian Pertanian yang diperintahkan menterinya untuk mencari gabah di Jawa Tengah. “Lho, ini Bulog ngapain aja? Ini jadi masalah kalau dirut Bulog orang bank senangnya di belakang meja. Dia tak turun ke lapangan, masa sampai dirjen ngumpulin gabah di Jateng. Kemana Bulog? Pak Jokowi harus perbaiki ini,” papar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby