Transformasi peran Bulog ini, kata dia, penting. Apalagi Bulog itu sebetulnya stoknya 2-3 juta ton saja. Tapi dengan angka itu harus bisa mengendalikan harga di pasar yang 46 juta ton. Jadi bisa melakukan stabilisasi harga.

Tapi masalahnya, ladang Bulog itu justru ada kecenderungan untuk terus impor. Padahal kalau praktik dulu ada kecenderungan dapat komisi.

“Makanya pengganti kami itu berakhir di penjara karena sering impor. Biasanya itu tak diperlukan tapi tetap impor, akibatnya digudang itu menumpuk beras jadinya busuk. Celakanya, beras yang cocok untuk peternakan itu malah dikasih ke manusia. Seperti belas Raskin itu,” jelas dia.

Laporan: Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby