Surabaya, Aktual.com – Robot manusia yang diberi nama BuTO dengan kepanjangan Buatan Teknik Otomasi, buatan kolaborasi antara mahasiswa dan dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) bisa menggantikan fungsi tangan manusia.
“BuTO adalah sebuah robot yang mirip dengan manusia, cara kerja tangan kanan robot juga bisa menggantikan fungsi tangan manusia yang ditangkap kamera melalui sambungan wireless,” kata dosen pembimbing, Syamsiar Kautsar di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (12/1).
Ia mengatakan lengan kanan robot BuTO ditangkap oleh sensor kamera tiga dimensi kinect yang sering dijumpai di tempat permainan di beberapa mall, kemudian data dari kinect tersebut ditemukan dan dipindah ke laptop.
“Setelah ditemukan data dari kamera kinect, kemudian akan ada data dan persamaan trigonometri yang didapatkan sudut kerja dari motor penggerak atau motor servo yang memiliki enam motor servo,” paparnya.
Enam motor servo tersebut, tambahnya antara lain berada pada bahu yang memiliki tiga motor servo, satu di siku dan dua motor servo di jari-jari robot BuTO, sehingga bisa bergerak secara natural seperti meniru gerakan manusia.
“Gerakan tangan dari manusia akan ditiru oleh BuTO, baik itu perempuan dan laki-laki, namun untuk saat ini masih dalam tahap lengan kanan saja dan gerakan sudut kerjanya masih sebatas 90 derajat saja,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa tema yang sebenarnya diangkat adalah bagaimana membuat sebuah lengan dan tangan tiruan yang dapat menirukan gerakan natural lengan dan tangan manusia.
“Idenya datang saat diskusi dengan dosen pembimbing thesis untuk membuat riset yang terinspirasi dari film Real Steel, film robot yang digunakan oleh pemeran utama yang dapat mengikuti gerakan tubuh manusia,” tutur pria berusia 25 tahun itu.
Menurut dia desain lengan, perancangan sirkuit elektronik, dan pemrogramannya dirancang sendiri, namun untuk bagian mekaniknya seperti kaki, tangan kiri, dan kepala dibantu mahasiswanya di jurusan Teknik Otomasi.
“Untuk penggerak atau kaki dari robot BuTO menggunakan roda omni yang dikendalikan dengan menggunakan joystick karena kelebihannya bisa berpindah tempat tanpa merubah badan robot,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kendala yang harus dihadapinya, lanjutnya adalah terkait pendanaan karena pembuatan robot manusia BuTO tersebut menghabiskan biaya Rp15 juta untuk setiap tangan, sehingga total biayanya Rp35 juta.
“Rencana ke depan, saya bersama ketiga mahasiswa saya berencana mengembangkannya dengan menggunakan teknologi Internet of Think pada robotnya agar dapat dikendalikan dari jarak jauh layaknya proyek yang saat ini dikembangkan oleh NASA,” tandasnya.
Syamsiar berharap anak muda Indonesia bisa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka, karena robot tidak melulu hanya bisa diproduksi oleh negara-negara asing seperti Jepang, namun Indonesia juga mampu.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara