Kupang, Aktual.com – Ratusan desa di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diketahui belum teraliri listrik hingga September tahun ini.
Manajer Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UPPK) Kupang PT PLN (Persero) Wilayah NTT, Joko Martono menyatakan, jumlah desa yang belum teraliri listrik mencapai 871 desa.
Sebagaimana dilansir Antara, Senin (8/10), Martono menyatakan jika jumlah ini memang mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu, yang mencapai 1.200 desa.
Menurutnya, pihaknya telah ditargetkan mengaliri listrik ke 600 desa yang terdapat pada 21 kabupaten di NTT sejak awal 2017. Sayangnya, jumlah desa yang teraliri listrik baru mencapai 329 desa aja.
Martono berdalih dengan menyebut kondisi geografis NTT sebagai hambatan utama dalam mencapai targetnya. Kondisi alam NTT, jelasnya, membuatnya sulit untuk menjangkau wilayah pedalaman.
Di sisi lain, lanjutnya, jumlah vendor yang mengerjakan listrik desa di daerah ini juga sangat terbatas dengan jumlah hanya 20 vendor yang didominasi lokal.
“Vendor yang ada sekarang ini juga overload, kadang satu kontrak bisa sampai 11 desa dengan panjang jaringan hingga 40 kms (kilometer sirkuit), sementara satu vendor bisa dapat lebih dari lima kontrak,” kata Martono.
Selain itu, ia juga menyebut tingkat kerapatan pemukiman penduduk sebagai faktor yang membuat pembangunan listrik menjadi mahal di NTT.
Pulau Sumba contohnya, yang disebut Martono membutuhkan pembangunan puluhan kilometer jaringan guna menjangkau wilayah perkampungan.
“Begitu masuk perkampungan di situ, potensi calon pelanggan, misalnya, hanya 100 KK,” keluhnya.
Martono menambahkan, saat ini pembangunan listrik desa terus dikerjakan untuk mengejar target 100 persen desa berlistrik di tahun 2019.
“Sebelumnya, kami diberi target harus selesai 100 persen pada 2018, tapi tidak bisa terlaksana sehingga diberi waktu tambahan sampai 2019, dengan catatan semua desa di NTT harus sudah 100 persen berlistrik,” demikian Joko Martono.
Sementara, sekitar 934 km sisi barat Kupang, tengah diadakan pesta besar, yaitu Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali.
Dihadiri oleh orang-orang penting dari 189 negara di seluruh dunia, konon perhelatan yang diadakan pada 8-14 Oktober 2018 akan menghabiskan dana sebesar Rp 855 miliar.
Dana sebesar itu dianggarkan dari dua sumber, yaitu APBN (Rp 810 miliar) dan Bank Indonesia (Rp 45 miliar).
Sayangnya, dua hal yang berbeda ini -pesta pora di Bali dan masyarakat tak menikmati listrik di NTT- harus terjadi secara bersamaan.
Belum lagi dengan ribuan orang yang menjadi korban bencana alam di Lombok (NTB) dan Sulteng pada beberapa waktu belakangan ini.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan