Situbondo, Aktual.com – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr Abdoerrahem Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, memulangkan paksa seorang pasien yang menggunakan Kartu Indonesia Sehat atau KIS dengan alasan sudah terlalu lama menjalani perawatan medis, namun tak kunjung sembuh.
“Pasien bernama Supiyono (51), warga Desa Paowan, Kecamatan Panarukan, itu sebenarnya sudah layak untuk dipulangkan, dan itu dibenarkan oleh yang menangani ruangan dan juga versi dokter yang menangani pasien tersebut,” kata Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr Abdoerrahem Dwi Herman Susilo saat dihubungi lewat telepon selulernya di Situbondo, Jumat (1/4).
Ia mengemukakan pasien yang menderita penyakit jantung dan paru-paru serta stroke itu sudah bisa dilakukan rawat jalan dan sesekali juga bisa kontrol ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya.
“Terkait pengusiran pasien oleh dokter, karena saya masih hanya komunikasi melalui telepon ke dokter yang bersangkutan, jadi saya akan berkomunikasi lebih jauh lagi. Akan tetapi jika pengusiran terhadap pasien oleh dokter itu benar, tentu hal itu tidak pantas dilakukan,” paparnya.
Sementara itu, Supiyono pasien miskin yang menggunakan kartu sakti program Presiden Joko Widodo, yakni KIS, sejak Kamis (31/3) pagi, terpaksa dibawa pulang ke rumahnya. Keluarganya mengaku mendapat kata-kata tidak pantas atau diusir oleh salah satu dokter rumah sakit milik pemerintah kabupaten itu.
“Saya membawa pulang suami ke rumah karena takut dibilang rumah sakit bangkrut kalau suami saya terlalu lama dirawat di rumah sakit. Saya disuruh pulang kata pak dokter itu, dia bilang suami saya sudah sembuh dan boleh pulang, padahal suami saya masih sakit pak,” ujar Suraena, istri pasien miskin itu di rumahnya.
Ia menceritakan suaminya yang menderita penyakit jantung dan paru-paru serta stroke dirawat di RSUD Abdoerrahem sejak 17 hari lalu, dengan menggunakan KIS dari Kementerian Sosial.
“Saya kan pakai kartu KIS dari pemerintah kenapa disuruh pulang ya pak? Padahal suami saya masih sakit begini, bahkan sekarang strokenya parah tidak bisa bicara,” kata Suraena, sambil menangis.
Untuk saat ini, dia akan merawat suaminya di rumahnya karena warga miskin tersebut tidak memiliki biaya untuk berobat.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara