Rumah Sakit Indonesia di Gaza. (Foto: MER-C)

Gaza/Yerusalem, aktual.com – Rumah sakit di wilayah Gaza utara pada hari Minggu (13/11) masih mengalami keterbatasan dan kekurangan sumber daya sebagai dampak dari serangan Israel. Tiga bayi yang lahir prematur juga dilaporkan meninggal dunia karena kurangnya pasokan listrik.

Petugas medis menyatakan bahwa RS Al Shifa dan fasilitas kesehatan lain di wilayah tersebut, yang menjadi sasaran utama serangan militer Israel, menghadapi kesulitan dalam memberikan perawatan kepada pasien. Meskipun jumlah korban tewas dan terluka akibat serangan terus bertambah setiap hari, kapasitas untuk merawat mereka semakin terbatas.

Di RS Al Shifa, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qidra, mengatakan serangan Israel “meneror petugas medis dan warga sipil”.

Juru bicara militer Israel, Laksamana Madya Daniel Hagari, menyatakan bahwa militer Israel akan membantu dalam proses evakuasi bayi dari rumah sakit tersebut sesuai permintaan staf medis di sana.

Meskipun demikian, Al-Qidra menyatakan bahwa dari total 45 bayi yang sedang dirawat, tiga di antaranya telah meninggal dunia, dan mereka tidak menerima informasi dari militer Israel mengenai prosedur untuk memindahkan bayi-bayi tersebut ke tempat yang aman.

Seorang ahli bedah plastik di RS Al Shifa menambahkan bahwa akibat serangan bom terhadap ruang inkubator, bayi-bayi prematur sekarang terpaksa dirawat di ranjang biasa, dengan sumber daya terbatas untuk mengubah AC menjadi pemanas.

“Kami tahu ini sangat berisiko,” kata dr Ahmed El Mokhallalati kepada Reuters. “Kami menduga akan kehilangan bayi lebih banyak lagi setiap hari.”

Di RS Indonesia di Beit Lahiya, Gaza utara, bayi laki-laki bernama Mosab Subeih telah dilarikan ke sana setelah rumah keluarganya terkena hantaman roket Israel.

“Dia terluka langsung di kepala dan mengalami pendarahan, dan kami tidak punya operasi,” kata petugas medis yang merawatnya dengan resusitator manual karena listrik padam.

Palang Merah Palestina bulan lalu mengatakan staf medis di RS terbesar kedua di Gaza utara, Al-Quds, kesulitan merawat pasien karena sedikitnya obat-obatan, makanan, dan air.

“Rumah sakit Al Quds terisolasi dari dunia dalam 6-7 hari terakhir. Tak ada jalan masuk, tak ada jalan keluar,” kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Shifa juga tak dapat diakses oleh mereka yang baru saja terluka, kata Mohammad Qandil, seorang dokter pada RS Nasser di Khan Younis, Gaza selatan.

“RS Shifa sekarang tidak berfungsi, tak ada yang diizinkan masuk, tak ada yang boleh keluar,” kata dia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku telah kehilangan kontak dengan RS itu dan mengkhawatirkan orang-orang yang terjebak di sana.

Israel mengatakan RS-RS di Gaza utara harus dikosongkan sehingga militer bisa menghancurkan apa yang mereka anggap sebagai pusat komando Hamas di bawah gedungnya dan di daerah sekitarnya. Hamas membantah dalih Israel itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain