Holding Energi PGN-Pertamina
Holding Energi PGN-Pertamina

Jakarta, Aktual.com – Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal meminta pemerintah menelaah kembali kebijakan holding BUMN saat ini, karena dia menilai rumusan yang ada dirasa sangat dangkal dan tidak mempunyai tahapan strategis untuk mencapai tujuan yang mendalam dari hakikat holding.

Mohammad Faisal menyebut setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari pembentukan holding, yakni diantaranya harus menunjukkan peta jalan yang jelas dari tahapan pembangunan dan pencapaian, kemudian struktur holding yang tepat, serta kajian potensi dampak yang dihasilkan.

“Pembentukan holding BUMN energi harus dilakukan dengan persiapan yang matang. Persiapan yang dilakukan tidak sekedar penyesuaian regulasi seperti revisi PP No.44/2005, tetapi yang lebih penting adalah perumusan konsep dan peta jalan yang jelas, struktur holding yang tepat dan kajian potensi dampaknya seperti apa,” kata Mohammad Faisal, Rabu (5/10)

Kemudian yang tidak boleh diabaikan yaitu strategi pendekatan antar pihak-pihak yang terlibat untuk menjamin harmonisasi dan sinergi kerja dalam tubuh holding, termasuk mencari model pembentukan holding yang terbaik sesuai dengan kondisi lndonesia.

Selain itu utuk holding energi, pencaplokan PGN kedalam Pertamina, dia melihat dari sisi kinerja Pertamina dalam beberapa tahun terakhir cenderung turun. Sementara kinerja perusahaan PGN memiliki kecenderungan meningkat.

Dari tahun 2012 hingga 2015, pendapatan kotor Pertamina mengalami penurunan, dari USD 71 milyar pada 2012 menjadi USD 42 miiyar pada 2015, sementara pendapatan kotor PGN meningkat dari USD2,58 miiyar pada 2012 menjadi USD 3 miiyar pada 2015.

“Jangan sampai perusahaan yang kinerjanya sudah baik menjadi buruk atau menurun karena holding. Sebagaimana yang terjadi pada kasus pembentukan holding perkebunan. Pada tahun 2011, PT Perkebunan II yang kemudian pada tahun 2014 menjadi holding company BUMN Perkebunan, masih membukukan laba sebesar Rp1,26 triliun. Namun pada tahun 2015, perusahaan induk tersebut mencatatkan rugi bersih senilai Rp613 milar,” tandasnya.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta
Editor: Eka