Jakarta, Aktual.com – Hadirnya Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence di Indonesia diharapkan dapat mengatasi deadlock perundingan bagi hasil migas Blok Natuta dengan Konsorsium yang didalamnya terdapat KKKS Exxonmobil (perusahaan asal AS).
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengungkapkan bahwa selama ini konsorsium hanya bersedia membayar pajak namun menolak memberikan bagi hasil kepada negara. Mereka beralasan karena blok tersebut deep water dan terdapat unsur CO2 yang tinggi, sehingga dirasa tidak ekonomis.
“Kalau kita lihat pembagian dari blok Natuna, negara itu kan dapat nol. Hanya pajak aja. Hal hal yang seperti ini perlu kita bicarakan lebih lanjut,” kata Arcandra di Jakarta, Kamis (20/4)
Dia menambahkan bahwa sikap pemerintah sangat mendorong agar blok tersebut segera dikembangkan, hanya saja pemerintah merasa keberatan apabila negara tidak mendapat share sama sekali.
“Pokoknya jangan nol persen,” tegasnya.
Untuk diketahui, konsorsium di Blok East Natuna terdiri dari Pertamina, Exxonmobil, dan PTT Thailand. Awalnya Pemerintah menargetkan penandatanganan kontrak dilakukan pada 2016.
Namun kemudian mundur menjadi pertengahan Januari 2017. Sayang, target tersebut kembali mundur karena konsorsium ingin menunggu terlebih dahulu hasil dari techonology and market review (TMR).
(Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh: