Arief Poyuono

Jakarta, Aktual.com – Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belakangan ini berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Dalam sebulan terakhir, kurs rupiah terhadap dolar AS tengah anjlok dan belum menemukan titik cerah hingga kini.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono pun mengaitkan ini dengan posisi Joko Widodo sebagai Presiden. Ia cukup yakin jika kondisi akan membuat Jokowi terjungkal dari Istana.

“Kurs rupiah terhadap dolar Amerika menuju 15 ribu,” kata Arief Poyono dalam siaran pers yang diterima Aktual, Senin (9/7) malam.

Arief menilai jika lemahnya rupiah dalam menghadapi keperkasaan dolar AS akan memperburuk situasi ekonomi yang sebelumnya belum dapat dikatakan baik.

Dampak dari itu adalah semakin meningkatnya tingkat kemiskinan serta melonjaknya harga barang atau produk yang dihadirkan melalui impor, seperti beras misalnya.

“Nah, mau lanjutkan dua periode hingga utang negara/rakyat Indonesia terhadap asing tembus Rp 10 ribu triliun karena dolar bisa sampai Rp 18 ribu, atau ganti presiden 2019?” tutupnya.

Kondisi demikian, lanjut Arief, juga membuat pelayanan kesehatan terganggu. Harga obat-obatan yang diproduksi dengan hampir 70% bahan baku impor oleh perusahaan farmasi menjadi mahal. Akibatnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan menanggung kekurangan dana alias defisit.

Selain itu, tingginya kurs dolar terhadap rupiah, dinilai Arief juga akan membuat pabrik gulung tikar akibat mahalnya bahan baku dan daya beli masyarakat yang semakin merosot. Dengan begitu PHK tidak bisa dielakkan.

Untuk mengatrol nilai rupiah, Bank Indonesia menaikan suku bunga bank. Pilihan ini, lanjut Arief, akan menyebabkan banyak kredit macet terutama kredit di sektor properti rumah murah yang banyak diambil oleh karyawan dan masyarakat berpenghasilan pas-pasan.

Atas kondisi inilah Arief mengajak masyarakat berpikir jernih menatap Pilpres 2019.

“Nah, mau lanjutkan dua periode hingga utang negara/rakyat Indonesia terhadap asing tembus Rp 10 ribu triliun karena dolar bisa sampai Rp 18 ribu, atau ganti presiden 2019?” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan