Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Sepanjang perdagangan kemarin laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) bergerak variatif dengan kisaran penguatan tipis.

Namun pada perdagangan hari ini, laju rupiah masih akan sangat fluktuatif, sehingga pelaku pasar diminta untuk mewaspadai aksi pembalikan arah ke pelemahan lanjutan.

Apalagi di dalam negeri juga, pola gerak rupiah masih menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) besok.

“Rupiah akan bergerak fluktuatif di kisaran sempit menjelang pertemuan FOMC (The Federal Open Market Committee). Dan pelaku pasar juga masih menanti arah kebijakan BI dan hasil RDG-nya,” tutur analis PT NH Korindo Securuties Indonesia, Reza Priyambada, dalam analisisnya, Rabu (21/9).

Dengan kondisi demikian, kata dia, rupiah akan bergerak cenderung variatif. Sehingga pelaku pasar diminta untuk mengantisipasi adanya pembalikan arah pelemahan tersebut.

“Makanya pola pergerakan rupiah level resistennya akan di kisaran 13.125 serta level support akan berada di rentang 13.165,” tegas Reza.

Apalagi, penguatan pada perdagangan kemarin hanya bersifat sementara. Hal itu, kata dia, karena masih dipicu oleh munculnya rasa pesimisme pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga AS.

Sedang dari dalam negeri, peningkatan yang terus terjadi terhadap penyerapan dana tax amnesty turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah.

“Namun itu penguatan sementara, sehingga bisa jadi akan terkena aksi profit taking. Sehingga pelaku pasar diminta untuk mewaspadai sentimen yang ada,” tegas dia.

Di tingkat global pun, kata dia, menjelang pertemuan The Fed itu, terlihat laju mata uang dunia cenderung bergerak variatif dengan kisaran tipis terhadap USD, termasuk rupiah.

Karena kondisi tersebut menggambarkan keadaan pelaku pasar yang cenderung wait and see sampai keputusan tersebut keluar.

“Pelaku pasar sendiri memperkirakan, The Fed belum akan menaikkan suku bunga AS di bulan ini seiring masih belum kuatnya data-data ekonomi AS. Sehingga akan berdampak terhadap laju mata uang dunia, termasuk rupiah,” pungkas Reza.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka