Petugas menghitung mata uang rupiah pecahan Rp100.000 di tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level Rp13.540 per dolar AS, melemah 0,91 persen atau 122 poin dari penutupan sebelumnya. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15. *** Local Caption ***

Jakarta, Aktual.com — Analis dari PT NHKSI Reza Priyambada mengungkapkan bahwa laju USD terlihat masih melanjutkan pelemahannya terhadap beberapa mata uang dunia. Pelemahan ini terjadi seiring sentimen minyak dunia yang terus melanjutkan penguatannya. Pelaku pasar terlihat kembali melakukan aksi jual terhadap USD seiring harga minyak yang kembali menguat. Para investor terlihat melakukan hedging guna menyeimbangkan portofolionya di tengah kondisi ekonomi yang masih belum pasti.

Lalu, terkait pernyataan The Fed yang masih menyampaikan pandangan ketidakpastian terhadap perekonomian global membuat laju USD masih melemah. Meskipun GDP AS yang kembali menunjukkan pertumbuhan namun, keadaan tersebut masih dianggap belum cukup untuk menopang penguatan laju USD.

Dari dalam negeri, Penguatan Rupiah pun turut ditopang langkah Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service yang kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi (invesment grade) pada sehari sebelumnya dimana Moody’s memberikan afirmasi sovereign credit rating Republik Indonesia pada Baa3/stable outlook.

“Laju Rupiah di akhir pekan kemarin kembali menunjukkan penguatannya seiring harga minyak dunia yang turut melanjutkan penguatannya. Pada perdagangan hari ini rupiah diperkirakan dapat kembali terus melanjutkan penguatannya jelang rilisnya data-data ekonomi Indonesia,” ujar Reza di Jakarta, Senin (1/2).

Selain itu, lanjutnya, capital inflow yang terlihat kembali masuk baik di ekuitas maupun obligasi membuat kami semakin optimis terhadap penguatan lanjutan dengan Support 13.700 serta Resisten 13.650.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka