Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Rizal Ramli menilai, Presiden Joko Widodo sangat payah dalam menjalankan roda pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi.
Ia mencontohkan melonjaknya harga kebutuhan pokok di tanah air. Menurutnya, harga kebutuhan pokok di Indonesia lebih tinggi dibanding harga produk sejenis di tingkat internasional.
“Kan enggak masuk akal, harga-harga di Indonesia dua kali (lebih mahal) daripada di luar negeri, padahal rakyatnya miskin. Misalnya harga gula dua kali dari harga internasional, harga daging dua kali, harga bawang putih dua kali, harga segala macam dua kalinya,” jelas Rizal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (20/7) kemarin.
RR, begitu ia disapa, beranggapan, hal ini terjadi karena kebutuhan pokok telah dihadirkan melalui impor dan naasnya justru dikuasai oleh kartel bisnis yang menentukan kuota impor.
Oleh karena itu, RR bertekad menghapus sistem kuota ini ketika terpilih sebagai Presiden nanti.
“Kita ubah sistem nya, kita sikat ini, kartel ini,” tegasnya.
Mantan Menko Perekonomian era Gus Dur ini menilai, sistem kuota dan kekuasaan kartel telah menciptakan ketergantungan impor pangan yang permanen bagi Indonesia.
“Itulah kenapa dari impor bawang putih aja pengusaha untungnya bisa Rp 19 Triliun, sogok pejabat, ini kita akan berantas semua,” jelas RR.
Tidak hanya itu, RR juga melihat ketergantungan impor sangat sulit dihilangkan lantaran masih adanya pejabat negara yang bermental “sogok sana sogok sini”.
“Inilah sistem yang merusak bangsa kita. Sayangnya pemerintah enggak berani sama mereka, karena keuntungan besar dan dibagi tokoh-tokoh, pejabat, dan sebagainya,” ujar RR.
Contoh lainnya adalah nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir. Pada penutupan Jumat (20/7) kemarin, rupiah telah menembus level Rp 14.520 per dolar pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).
Angka ini adalah level terendah rupiah sejak September 2015.
“Mohon maaf, Pak Jokowi dalam bidang ekonomi payah, dalam bidang infrastruktur hebat sekali,” tutur RR.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan