Jakarta, Aktual.co — Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat industri perbankan Indonesia siaga. Kebangkrutan atau kolaps di beberapa perbankan nasional menjadi hal yang tak dapat dihindarkan jika rupiah kian menukik tajam. Setidaknya, lima bank nasional terancam bangkrut.
Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Irwan Lubis mengungkapkan bahwa hasil dari stress test yang dilakukan mengindikasikan bahwa kondisi perbankan tanah air tetap stabil kendati dolar bertengger di level Rp 14.000.
“Dengan melakukan stress test dengan variabel-variabel tertentu sudah diperoleh hasil bahwa meski rupiah tembus ke level Rp 14.000, kondisi ketahanan perbankan tanah air tetap kokoh,” ujarnya di Jakarta, baru-baru ini.
Adapun variabel-variabel yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi, kredit macet, utang valas, dan efek lanjutan lainnya.
Irwan mengungkapkan bahwa hasil stress test tersebut menunjukkan dari sisi permodalan maupun profil risiko perbankan di tanah air masih tetap aman meski rupiah sampai ke level Rp 14.000. “Namun kalau sudah ke level Rp 15.000, barangkali ada sekitar 1 sampai 5 bank yang akan terancam,” lanjutnya.
Kendati tidak merinci bank-bank yang dimaksud, Lubis mengungkapkan pihaknya telah melakukan langkah antisipatif dengan memanggil manajemen perbankan terkait depresiasi tersebut. “Yang jelas jangan menunggu depresiasi terlalu jauh,” imbuhnya.
Dalam hal ini, kata Lubis, OJK juga terus memantau pergerakan bank yang memiliki transaksi valuta asing lebih tinggi. Kini, utang luar negeri dalam bentuk valas di perbankan dianggap tidak terlalu besar. Hal tersebut dapat diantisipasi melalui lindung nilai (hedging) sehingga risiko depresiasi bisa diredam.
Menilik kembali saat krisis ekonomi yang menerjang Indonesia pada akhir 1998 yang mengancam para bankir, puluhan bank ‘tumbang’ akibat rupiah yang terus meninggi dan menyentuh Rp 18 ribu per dolar AS saat itu.
Artikel ini ditulis oleh:













