Ilustrasi - Petugas Bank sedang menghitung uang rupiah

Jakarta, Aktual.com – Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) susah untuk rebound secara signifikan.

“Hingga penutupan, Rupiah diperkirakan hanya dapat bertahan dan susah untuk rebound secara signifikan,” ujarnya di Jakarta, Senin (13/1).

Kurs Rupiah sulit rebound karena indeks dolar AS berada di level tertinggi baru dalam dua tahun terakhir, yakni 109,96 pada Jumat (10/1) dan 109,65 pada hari ini.

Antisipasi investor terhadap data inflasi AS yang bakal dirilis pekan ini diprediksi bakal menjadi faktor penting penguatan dolar AS pada pekan ini dan menekan nilai tukar rupiah.

Inflasi utama AS diperkirakan akan naik 0,3 persen month to month (MoM) dan meningkat dari 2,7 persen menjadi 2.8 persen year on year (YoY).

Pada umumnya, Rupiah dan mata uang regional melemah cukup besar terhadap dolar AS karena data tenaga kerja AS Non Farm Payrolls (NFP) pada Desember 2024 tercatat sebesar 256 ribu, lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar 212 ribu.

“Data perdagangan China yang kuat dan lebih baik dari perkiraan sedikit menahan pelemahan lebih lanjut dari rupiah,” kata Lukman.

Tercatat, data neraca perdagangan China yang rilis pagi tadi surplus sebesar 104,84 miliar dolar AS atau lebih baik dari perkiraan yang sebesar 99,80 miliar dolar AS.

“Aktivitas ekonomi China meningkat oleh permintaan yang tinggi dari AS dalam antisipasi sebelum Trump menjabat dan penambahan tarif diberlakukan,” ungkap dia.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan hari ini melemah 93 poin atau 0,57 persen menjadi Rp16.283 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.290 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turut melemah ke level Rp16.281 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.194 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Arie Saputra