Jakarta, Aktual.co —  Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, melemah 60 poin menjadi Rp12.355 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.295 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan bahwa data tenaga kerja Amerika Serikat yang meningkat mendorong pelaku pasar uang melakukan aksi beli terhadap dolar AS. Data non-farm payroll AS bertambah menjadi sekitar 321.000 di November tahun ini.

“Kondisi itu membuat investor lebih yakin dengan tangguhnya perekonomian AS. Apabila tren dolar AS berlanjut, maka peluang bagi mata uang rupiah bergerak terkoreksi cukup terbuka,” katanya di Jakarta, Senin (8/12).

Menurut dia, berlanjutnya perbaikan sektor tenaga kerja Amerika Serikat itu dapat mendorong bank sentral AS (Federal Reserve) untuk mulai menaikan suku bunga di pertengahan tahun 2015.

Di sisi lain, ia menambahkan bahwa data neraca perdagangan Tiongkok yang dirilis juga membuat investor khawatir terhadap ekonomi disana. Meski data neraca perdagangan Tiongkok surplus, namun kinerja ekspor dan impor Tiongkok menurun.

“Kinerja ekspor dan impor neraca perdagangan Tiongkok yang menurun dapat mengganggu outlook ekspor Indonesia ke depan,” katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa cadangan devisa Indonesia yang mengalami penurunan menjadi 111,14 miliar dolar AS per akhir November 2014 dari 111,97 miliar dolar AS dari bulan sebelumnya menjadi salah satu sentimen negatif bagi kurs rupiah.

“Penurunan ini dipicu oleh pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi Bank Indonesia untuk mencegah pelemahan rupiah lebih dalam,” katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (8/12) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.352 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.296 per dolar AS.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka