Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp12.610 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.590 per dolar AS.
“Rupiah masih dibayangi sentimen fundamental global terkait dengan prospek kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve) yang bisa memicu perpindahan dana dari negara-negara berkembang ke negeri Paman Sam itu,” kata Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa (13/1).
Ia mengemukakan bahwa Presiden Fed of San Fransisco John Williams dan Presiden Fed of Atlanta Dennis Lockhart memberikan isyarat kenaikan suku bunga AS dapat terjadi di pertengahan tahun 2015 mendatang.
Saat ini, lanjut dia, pelaku pasar sedang menanti data neraca keuangan AS periode bulan Desember yang diperkirakan mengalami surplus.
Meski demikian, Zulfirman Basir mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah masih cenderung tertahan terhadap dolar AS setelah munculnya data kinerja ekspor Tiongkok yang membaik.
Ekspor tahunan Tiongkok naik 9,9 persen di Desember 2014, lebih baik dari prediksi yang sebesar 6,8 persen dan publikasi November yang tumbuh 4,7 persen.
“Kondisi itu dapat meredakan kekhawatiran investor terhadap outlook perekonomian mitra dagang utama Indonesia. Ini mungkin dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah sehingga tidak tertekan lebih dalam,” katanya.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa fluktuasi mata uang rupiah masih cukup stabil sehingga pelemahannya cenderung terbatas hal itu didukung dari faktor internal yang masih cukp kuat.
“Kondisi ekonomi Indonesia masih cukup kuat di tengah perlambatan global sehingga menjadi salah satu penopang bagi mata uang rupiah tidak tertekan lebih dalam,” katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (13/1) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.608 dibandingkan hari sebelumnya, Senin (12/1) di posisi Rp12.568 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















