Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (1/2) sore, bergerak melemah sebesar 33 poin menjadi Rp13.419 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.386 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus, mengatakan bahwa munculnya optimisme pelaku pasar uang terhadap inflasi di Amerika Serikat memicu permintaan dolar AS mengalami apresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
“The Fed sesuai ekspektasi masih mempertahankan suku bunganya, namun memberikan proyeksi kenaikan inflasi. Proyeksi itu menjadi sentimen positif bagi dolar AS,” katanya.
Ia mengemukakan bahwa dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), The Fed menyatakan pertumbuhan ekonmi Serikat akan lebih kuat dan lebih percaya diri dengan target inflasi sebesar 2 persen.
“Pelaku pasar uang lebih menyukai dolar AS usai pernyataan optimistis The Fed,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, apresiasi dolar AS juga dipicu kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat, kondisi itu mendorong arus keluar sebagian mata uang di negara berkembang seperti rupiah.
Ia menambahkan bahwa apresiasi dolar AS juga ditopang oleh data pekerjaan versidari Automatic Data Processing Inc (ADP) yang lebih baik daripada perkiraan. ADP melaporkan selama Januari terserap 234 ribu tenaga kerja, melampaui perkiraan 186 ribu.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa dalam pertemuan FOMC 30-31 Januari kemarin, merupakan pertemuan terakhir bagi Janet Yellen sebagai Gubernur the Fed. Dalam kepemimpinannya Yellen dikenal sebagai Gubernur yang ‘dovish’ namun dalam catatan terakhirnya cenderung lebih ‘hawkish’.
“Pada pertemuan terakhirnya itu, Yellen memberikan catatan perlunya menaikkan suku bunga pada kepemimpinan selanjutnya Jerome Powell,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (1/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.402 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.413 per dolar AS.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: